Sabtu, 08 Mei 2010

Cerita Nabi Sulaiman AS

NABI SULAIMAN AS DAN KERAJAANNYA

Nabi Daud mempunyai banyak putra, tetapi yang menjadi nabi dan mewarisi kerajaannya adalah Sulaiman. Seperti juga ayahnya, Nabi Sulaiman sudah menampakkan bakat-bakat istimewanya sejak kecil. Meskipun masih kanak-kanak, Sulaiman sudah menunjukkan minat yang besar terhadap masalah-masalah kenegaraan. Bila Nabi Daud sedang mengurus kerajaannya dan menyelesaikan berbagai persoalan rakyat, Sulaiman selalu tertarik mendengarkannya.

Allah telah mengaruniakan kecerdasan yang tinggi pada Sulaiman kecil. Cara berpikirnya pun sudah matang, seperti halnya orang dewasa. Memang anak-anak yang amat cerdas sering kali tidak suka memikirkan urusan anak-anak seusianya. Mereka lebih senang bertanya dan bertukar pikiran dengan orang dewasa.

Ketika berusia remaja, Sulaiman sudah bisa membantu Nabi Daud menyelesaikan masalah kemasyarakatan yang cukup sulit. Pernah suatu kali Nabi Daud kedatangan dua orang laki-laki yang sedang bermasalah.

"Saya mempunyai kebun yang sudah hampir dipanen hasilnya. Tapi rencana ini rusak gara-gara ada kambing-kambing yang memakan hasil kebun saya. Nah, inilah pemilik kambing-kambing itu," kata orang pertama sambil menunjuk laki-laki yang satu.

Yat ditunjuk diam saja. Ia mengaku salah. "Saya siap menerima hukuman apa pun," ia menyahut perlahan.

Nabi Daud lalu memutuskan agar pemilik kambing menyerahkan seluruh kambingnya kepada pemilik kebun. Tetapi Sulaiman yang masih remaja menyanggah keputusan ayahnya. "Apakah tidak sebaiknya pemilik kambing itu menyerahkan ternaknya kepada pemilik kebun, agar ia dapat mengambil manfaatnya sementara? Sebaliknya pemilik kebun juga menyerahkan kebunnya kepada pemilik kambing, agar pemilik kambing ini dapat memperbaiki kerusakannya dan sekaligus mengambil manfaatnya. Baru setelah itu keduanya bisa mengembalikan barang pinjamannya itu kepada pihak lain yang memilikinya."

Nabi Daud amat kagum pada usulan putranya yang arif itu. Beliau langsung mengikuti saran Sulaiman. Kedua Nabi ini memang terkenal sebagai ahli hukum. Banyak sekali anggota masyarakat yang datang pada mereka untuk meminta penyelesaian masalah. Orang-orang selalu kembali dengan hati senang dan lapang karena merasakan adilnya keputusan yang dibuat ayah dan anak itu.

KERAJAAN YANG MEGAH

Nabi Sulaiman adalah satu-satunya Nabi yang dikaruniai Allah kerajaan paling megah di dunia. Kekuasaanya sungguh tak terbatas. Tak hanya manusia yang patuh kepadanya; bahkan jin, binatang-binatang dan angin pun tunduk pada Nabi Sulaiman. Sebagian kerajaan dan kemampuan Nabi Sulaiman memang diwarisi dari Nabi Daud,ayahnya. Tapi kemudian Allah menambah dan melebihkannya dengan karunia yang lebih besar lagi.

Kerajaan Nabi Sulaiman dibangun oleh manusia dan jin. Mereka membuat bahan bangunan dari bumi maupun isi lautan. Aneka batu mulia dan mutiara-mutiara bertebaran menghiasi istana raja. Di sekeliling kerajaan terdapat taman-taman yang amat indah. Kolam-kolam dengan airnya yang bening dan air mancur yang cantik menghiasi taman-taman dan juga ruang istana.

Bila Nabi Sulaiman hendak pergi jauh, beliau bisa memerintahkan angin untuk menerbangkannya. Dalam Qur'an dikisahkan, di kerajaan Nabi Sulaiman terdapat piring-piring indah yang besarnya seperti kolam. Juga ada alat-alat memasak raksasa yang bisa digunakan untuk makan ribuan rakyatnya.

Mengapa jin dan setan sekarang ini tak boleh menjadi teman dan pesuruh manusia? Ya, karena Allah hanya memberi izin kepada Nabi Sulaiman saja. Bahkan Allah berfirman, jika jin dan setan itu tak patuh pada perintah Nabi Sulaiman, mereka akan mendapat siksa Allah. Jin dan setan menjadi pesuruh beliau guna mengerjakan tugas-tugas yang kasar dan berat.

Nabi Sulaiman tak hanya dihormati rakyat manusia dan jin. Para binatang pun menyayangi beliau. Ini karena Nabi Sulaiman juga penuh kasih sayang dan perhatian pada mereka. Pernah suatu kali rombongan semut berlari terpontang-panting masuk ke lubangnya karena melihat Nabi Sulaiman dan tentaranya.

"Hai, cepat sembunyi ke lubang!" pemimpin semut memberi perintah. "Ada rombongan baginda raja Sulaiman. Jangan sampai kalian terinjak!"

Nabi Sulaiman tersenyum mendengar hiruk pikuk suara semut yang panik itu. "Tidak, tidak. Kami tak akan menginjakmu," kata Nabi Sulaiman.

Beliau lantas memerintahkan tentaranya untuk berhati-hati saat berjalan. Rombongan semut itu amat berterima kasih kepada raja Sulaiman yang baik hati.

Pernah juga Nabi Sulaiman membelai-belai kudanya dihadapan orang banyak sambil mengucapkan rasa syukurnya kepada Allah. "Aku menyayangi kudaku ini untuk mengingat Allah," kata beliau.

Pada masa itu, kuda bukan hanya alat transportasi. Memelihara kuda, apalagi dalam jumlah banyak, juga dimaksudkan untuk menunjukkan kekayaan dan gaya hidup yang mewah. Namun tidak demikian halnya dengan Nabi Sulaiman.

Terhadap semua nikmat Allah yang diterimanya itu, Nabi Sulaiman selalu mengucap syukur sebanyak-banyaknya. Salah satu doa Nabi yang paling terkenal berbunyi.

"Rabbi auzi'ni asykura ni'matakallatii an'amta 'alayya wa'alaa waa lidayyaa wa an a'mala shoolihan tardoohu wa adkhilnii birahmatika fii 'ibaadikasshoolihiin."

Arti doa yang banyak dibaca setiap selesai shalat ini adalah, "Ya, Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugrahkan kepadaku dan kapada dua orangtuaku; dan untuk mengerjakan amal sholeh yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang sholeh."

Selasa, 27 April 2010

Cerita Nabi Hud AS

NABI HUD AS DAN KAUM AD

Hud adalah putra Sam bin Nuh. Jadi beliau adalah cucu Nabi Nuh. Nabi Hud diturunkan Allah untuk berdakwah di kalangan kaum Ad di negeri Ahqaf. Negeri ini terletak di antara Yaman dan Oman. Sebenarnya kaum Ad merupakan anak keturunan Nabi Nuh. Tapi mereka tak sempat mendapat pengajaran dari beliau secara langsung.

Waktu Hud diangkat menjadi utusan Allah, kaum Ad sudah menjadi bangsa yang tak mengenal agama. Kehidupan Nabi Nuh dan kaumnya yang beriman kepada Allah tidak ada lagi dalam kehidupan mereka.

Kaum Ad adalah bangsa penyembah berhala. Mereka tak mengenal Allah, Tuhan Yang Satu, yang menciptakan langit dan bumi seisinya. Karena tidak menyembah Allah, orang pasti akan menyembah yang lain. Dan Kaum Ad memang menyembah patung-patung buatan mereka sendiri.

Lagi-lagi iblis merasuk ke dalam berhala itu. Iblis dan anak cucunya bertingkah laku seolah berhala tempat mereka bersarang bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan bagi para penyembahnya. Kalau tidak ada orang datang menyembah dan menyediakan sesaji, iblis membuat perasaan orang tidak tenang dan selalu was-was.

Waktu kaum Ad minta tolong iblis agar usahanya berhasil, maka iblis pun benar-benar melaksanakannya. Syaratnya adalah mereka tidak boleh menyembah Allah. Iblis juga memerintahkan mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang agama.

Akhirnya kemusyrikan merajalela di mana-mana. Baik di kalangan penguasa, pejabat, ornag-orang kaya dan bahkan rakyat biasa. Hampir semua berbuat musyrik.

Sepintas lalu kaum Ad kelihatan sebagai bangsa yang maju. Mereka hidup makmur. Di mana-mana tampak rumah-rumah dan bangunan mewah nan indah. Tubuh mereka tegap dan gagah. Wajahnya tampan. Sedang para perempuannya berwajah cantik.

Karena merasa memiliki semua yang dinginkan, kaum Ad menjadi sombong dan takabur. Pada saat seperti inilah Allah menurunkan Nabi Hud. Beliau berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Perilakunya terkenal sangat terpuji. Beliau adalah orang yang penyayang kepada sesama. Karena itu diharapkan kaum Ad mau mendengar ajarannya.

Dan Allah mengutus Jibril untuk menyampaikan ajaran-Nya kepada Nabi Hud. Mula-mula setiap makhluk hidup harus mengenal Penciptanya, yaitu Allah yang menguasai kehidupan di langit dan di bumi. Oleh karena itu hanya Allah yang boleh disembah dan diikuti aturan-aturan-Nya.

Selain itu Nabi Hud mengingatkan kaum Ad bahwa selama ini mereka telah salah langkah. Kaum Ad telah menyembah berhala dan terbiasa mengikuti hawa nafsunya; aturan-aturan agama sama sekali tidak diperhatikan.

"Semua yang kalian lakukan adalah kemusyrikan," Nabi Hud mengingatkan. "Perbuatan musyrik adalah dosa besar yang tak terampuni," kata beliau.

Tapi orang-orang musyrik itu sulit dinasehati. Hati mereka sudah dikotori oleh angan-angan dan pikiran mereka sendiri. Angan-angan bahwa berhala yang mereka sembah adalah tuhan yang sesungguhnya. Mereka menganggap aturan-aturan hidup yang mereka buat sendiri itulah yang paling benar dan menjadi adat istiadat walaupun bertentangan dengan aturan agama. Orang-orang musyrik tetap tidak perduli.

Kepada kaum Ad, Nabi Hud pun mengingatkan bahwa patung-patung sesembahan mereka itu bukan Tuhan. Patung itu tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi kaum Ad tersinggung karena diperingatkan. Mereka menuduh utusan Allah itu hendak mencari popularitas lewat kegiatan dakwahya.

"Wahai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu," sabda Nabi Hud. "Aku sudah merasa cukup dengan karunia yang diberikan Allah," sabda Nabi yang berasal dari keluarga kaya itu.

"Kalian harus pandai mensyukuri semua karunia Allah untuk negeri kita ini. Negeri Ahqaf menjadi subur, kaya dengan hasil bumi semata-mata karena karunia Allah untuk kita," sabda Nabi Hud menjelaskan.

"Nah, cara kita berbakti kepada Allah adalah dengan menyembah, mengikuti semua perintah dan menjauhi larangan-Nya."

Mendengar itu, kaum Ad heran karena keberanian Nabi Hud menentang tradisi nenek moyang. "Hud, apakah engkau tidak takut mendapat kutukan? Berani engkau menghina sesembahan kami!" kata salah seorang pemuka kaum Ad.

"Engkau memang sudah gila. Yang kami lakukan itu sudah menjadi tradisi. Waktu panen, kami mempersembahkan sesaji. Pada acara perkawinan, kami melakukan berbagai upacara adat. Waktu anak kami lahir, kami membuat selamatan. Kenapa engkau berniat menghilangkan itu semua?" kata yang lain dengan marah.

"Perbuatan kalian itu sesat. Coba kalau kalian mengenal Allah, Tuhan yang sesungguhnya. Dengan menyembah Allah, kalian akan menyadari kelemahan kalian sebagai manusia," sabda Nabi Hud.

"Hai, Hud. Kami ini bukan kaum yang lemah! Kami dari kalangan orang kaya. Kami pandai bekerja dan semua kekayaan itu adalah hasil jerih payah kami," kata seorang pembesar negeri Ahqaf.

Nabi Hud berusaha mengingatkan mereka dengan peristiwa yang terjadi pada kaum Nabi Nuh. "Kaum Nuh dimusnahkan dengan banjir besar karena mengingkari kekuasaan Allah. Mereka sombong dan takabur, suka berlaku keji, seolah-olah merekalah yang paling berkuasa di muka bumi ini," sabda Nabi Hud.

"Kami tidak percaya pada ceritamu. Engkau mau menakut-nakuti kami dengan siksaan Tuhanmu?" kata kaum Ad sinis.

"Baiklah, kaumku. Sudah puluhan tahun aku menyampaikan dakwahku dan kalian tetap tidak mau beriman kepada Allah. Sekarang aku serahkan kembali urusan ini kepada Allah," sabda Nabi Hud. Beliau tampak sedih melihat perbuatan kaumnya yang melewati batas.

Selama Nabi Hud berdakwah, hanya ada beberapa orang yang mau beriman kepada Allah. Yang lain memilih hidup dengan caranya sendiri yang tidak sesuai dengan aturan-aturan Allah.

BALASAN DARI ALLAH
Nabi Hud yakin Allah akan mendengar permohonannya.
Allah melihat perlawanan kaum Ad kepada utusan-Nya. Dan Allah tak akan membiarkan hamba-Nya yang saleh menjadi korban kezaliman orang-orang yang tidak beriman.

Tak lama kemudian Allah memberitahu Nabi Hud bahwa Dia akan menurunkan azab yang pedih atas para musyrik. Nabi Hud dan para pengikutnya diperintahkan berlindung ke sebuah tempat yang aman supaya tidak turut tertimpa bencana.

Setelah itu tibalah permulaan azab. Negeri Ahqaf mengalami musim kering yang panjang. Tanah menjadi gersang karena hujan tidak turun. Sungai-sungai pun kering. Akibatnya tidak ada hasil panen sama sekali. Penduduk negeri Ahqaf mulai cemas.

Dalamm keadaan seperti itu, sekali lagi Nabi Hud berusaha mengingatkan mereka agar mau beriman. Tapi kaum Ad tetap tidak peduli. Mereka justru memohon kepada berhala mereka agar diselamatkan dari bencana yang berat itu.

Ketika itu muncullah awan hitam di langit. Kaum Ad bergembira ria. Mereka menganggap permohonannya dikabulkan para berhala. Mereka menyangka akan ada hujan deras. Dengan begitu tanah mereka akan subur kembali.

Sebenarnya awan hitam itu diturunkan Allah sebagai azab susulan bagi kaum Ad. Awan hitam itu membawa angin topan yang akan menghancurkan negeri Ahqaf.

Waktu awan awan hitam mulai bergerak ke tengah negeri, kaum Ad makin gembira. Mereka menantikan hujan yang diharap-harap, sementara Nabi Hud dan pengikutnya bergegas meninggalkan tempat itu. Mereka berdo'a bersama, memohon perlindungan Allah dari bencana hebat yang dijanjikan Allah.

Tiba-tiba gulungan awan hitam di angkasa menukik ke bawah dan menyambar semua yang ada dengan dahsyat. Kaum Ad bukan main paniknya. Mereka berlarian ke sana ke mari, tak tentu arah.

"Toloong ... tolooong ... ampuun ...!" Terdengar jerit dan teriakan minta tolong dari segala penjuru. Tapi terlambat.

Rumah-rumah mewah, tanaman-tanaman kering dan para penduduk negeri Ahqaf yang berkumpul di luar rumah, semua tersapu bersih. Semua benda yang terkena sambaran angin itu hancur tanpa bekas. Allah berfirman dalam Qur'an, Surah Adz-Dzariyat, ayat 41 :
"...Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan suatu pun yang dilandanya melainkan dijadikannya seperti serbuk."

Angin topan itu berlangsung selama tujuh hari.
Bayangkan, bangunan-bangunan yang kokoh, para penduduk Ahqaf yang berbadan gagah dan tegap, berhala-berhala yang mereka sembah, dalam sekejap musnah menjadi abu.

Waktu angin topan itu berhenti, negeri Ahqaf berubah menjadi gurun yang luas. Tak ada suatu benda pun yang tersisa di atasnya.

Waktu itulah Nabi Hud dan para pengikutnya yang sedikit muncul dari persembunyian. Mereka amat bersyukur kepada Allah karena telah diselamatkan dari bencana dahsyat.

Setelah peristiwa itu, Nabi Hud dan kaumnya mulai hidup baru dengan keimanan kepada Allah yang lebih kuat dibanding waktu-waktu sebelumnya. (tamat)

Cerita Nabi Idris AS

IDRIS YANG KUTU BUKU

Idris lahir di Munaf, sebuah daerah di Mesir. Sejak kecil, Idris belajar agama dari Nabi Syits, putra Nabi Adam. Nabi Syits mengajarkan Idris membaca Sahifah.Idris sendiri adalah cicit dari Nabi Adam.

Idris kecil mempelajari Sahifah dengan tekun. Karena kesukaannya membaca itulah ia mendapat gelar Idris. Beliau belajar membaca menulis tanpa mengenal waktu dan tempat. Beliau menjadi nabi pertama yang menulis dengan pena.

Seperti halnya Nabi Adam dan Nabi Syits, Nabi Idris juga menerima wahyu Allah melalui malaikat Jibril. Beliau diutus berdakwah kepada umat keturunan Qabil. Umat ini telah bersikap durhaka kepada Allah. Mereka menimbulkan berbagai bencana dan kerusakan di muka bumi. Oleh Nabi Idris, orang-orang ini diajak sholat, puasa dan bersedekah.

Tapi keturunan Qabil tak mau mendengar ajakan menuju kebaikan itu. Mereka malah menghina dan mengejek Nabi Idris.

"Hidup kami sudah enak, senang, dan serba cukup. Kenapa engkau mengganggu kami?" tanya beberapa orang penting dari kaum itu.

"Ajaranmu aneh. Kami tak membutuhkannya!" sahut yang lain.
"Lebih baik engkau hidup sendiri bersama Tuhanmu!"

Selama puluhan tahun berdakwah, hanya beberapa gelintir orang yang mau mengikuti ajaran Nabi Idris. Sebagian besar orang lebih suka mengikuti hawa nafsunya sendiri. Mereka juga senang mengikuti ajakan iblis untuk berbuat sesat.

Iblis selalu menghasut orang-orang untuk durhaka kepada Allah. Untuk apa menyembah Allah? Kalian tak pernah kekurangan makanan. Kekayaan kalian berlimpah ruah. Hidup kalian bahagia. Jadi untuk apa menyembah Allah? begitu bisik Iblis.

Karena anak keturunan Qabil semakin menentang ajaran Idris, maka Allah memerintahkan Nabi Idris meninggalkan mereka. Allah akan menurunkan azab kepada umat yang durhaka itu. Nabi Idris diperintahkan membawa pengikutnya yang setia dan mau beriman kepada Allah.

Begitu Nabi Idris dan pengikutnya meninggalkan negeri itu, datanglah azab yang dijanjikan Allah. Paceklik merajalela. Pertanian gagal. Ternak mati. Akhirnya umat yang sesat itu pun mati bergelimpangan karena kelaparan.

Sebaliknya, Nabi Idris dan orang-orang beriman yang mengikuti diselamatkan Allah dari bencana mengerikan itu.

SAHABAT BARU
Izrail - malaikat pencabut nyawa sangat mengagumi kepandaian Nabi Idris. Izrail ingin lebih mengenal Nabi Idris. Maka diam-diam Izrail menyamar sebagai manusia dan bertamu ke rumah Nabi Idris. Kadang-kadang Allah memang mengizinkan para malaikat mengubah dirinya meniru bentuk manusia bila ada tugas penting yang harus dilaksanakan.

"Assalamu'alaikum," malaikat Izrail memberi salam sambil mengetuk pintu.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Nabi Idris. "Silahkan masuk," sabda Nabi ramah. "Siapakah Anda, dan ada perlu apa datang kemari?"

Izrail menyampaikan maksudnya untuk berkenalan dengan Nabi Idris sebagai utusan Allah. Akhirnya Nabi Idris mengajak Izrail menginap di rumahnya.

Di rumah Nabi Idris, keduanya asyik beribadah. Mereka tidak banyak bicara melainkan terus beribadah.

Ketika tiba waktu makan, Nabi Idris mempersilahkan tamunya makan. Tamunya menolak. "Silahkan tuan makan sendiri. Saya ingin melanjutkan ibadah saya kepada Allah," jawabnya.

Setelah makan, Nabi Idris melanjutkan ibadah bersama tamunya sampai tiba waktu tidur. "Silahkan tuan tidur di sini," Nabi Idris menunjukkan tempat tidur tamunya.

"Silahkan tuan tidur dulu. Saya masih ingin melanjutkan ibadah saya," jawab sang tamu tanpa menunjukkan rasa lelah.

Keesokan harinya, kejadian yang sama berulang. Nabi Idris sangat heran. Siapa sebenarnya tamu ini? Dengan hati-hati Nabi Idris menanyakan hal itu kepada tamunya.

"Saya adalah Izrail. Malaikat pencabut nyawa," kata sang tamu. Idris sangat kaget.

"Jadi Tuan datang untuk mencabut nyawa saya?" tanya Nabi Idris.

Izrail menggeleng lalu menjelaskan keinginannya mengenal Nabi Idris lebih jauh. Barulah Nabi Idris sadah bahwa memang begitulah kehidupan malaikat. Dan para malaikat memang suka mendekati orang-orang yang beriman. Bila orang beriman sedang sholat, berdoa, atau melakukan amal sholeh, banyak malaikat yang mengerumuninya.

"Sebenarnya saya ingin merasakan bagaimana rasanya jika nyawa seseorang sedang dicabut," sabda Nabi Idris tiba-tiba.

"Permintaan Anda aneh sekali," kata Izrail. "Selama ini manusia justru takut kalau nyawanya akan dicabut."

Idris menjelaskan kepada Izrail bahwa pengalamannya akan menjadi bekal dalam berdakwah. Dengan izin Allah, malaikat Izrail melakukan apa yang diminta Nabi Idris. Dicabutnya nyawa Nabi Idris, lalu segera dikembalikan lagi.

"Saya tidak merasakan apa-apa," kata Idris.

"Karena saya melakukannya dengan lembut. Begitulah yang selalu saya lakukan terhadap orang-orang beriman," kata Izrail.

"Bagaimana dengan orang yang tidak beriman?" tanya Nabi Idris penasaran.

"Oh, mereka akan luar biasa kesakitan waktu nyawa mereka dicabut?" kata Izrail. Nabi Idris ngeri mendengarnya. Terlebih-lebih waktu Izrail mengatakan bahwa rasa sakit itu akan dirasakan si mati sampai hari kiamat. Terbayangkah? Sakit sehari saja rasanya sudah tidak tahan, apalagi kalau harus menanggungnya hingga ratusan tahun sambil menunggu waktu kiamat tiba.

"Sebaliknya, orang yang beriman akan merasakan kebahagiaan. Setelah mati, mereka akan menikmati hasil setiap amal saleh mereka di dunia," kata Izrail menjelaskan.

MELIHAT SURGA DAN NERAKA
Setiap hari Nabi Idris dan Izrail beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. "Bisakah Tuan membawa saya melihat surga dan neraka?"

"Wah, lagi-lagi permintaan Anda aneh," kata Izrail sambil tertawa. "Tapi baiklah, saya akan minta izin Allah dulu," katanya.

Setelah Allah memberi izin, Izrail membawa Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.

"Kenapa Anda ingin melihat neraka? Bahkan para malaikat pun takut melihatnya," kata Izrail.

"Terus terang saya takut sekali kepada azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan iman saya menjadi tebal setelah melihatnya," Nabi Idris menjelaskan alasannya. Waktu mereka sampai ke dekat neraka, Nabi Idris langsung pingsan. Penjaga neraka adalah malaikat yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia kafir, yaitu manusia yang semasa hidupnya mempermainkan hukum Allah.

Nabi Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu. Api neraka berkobar dahsyat. Bunyinya gemuruh menakutkan. Tak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini, demikian pikir Idris.

Dengan tubuh lemas, Nabi Idris meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Izrail membawanya ke surga." Assalamu'alaikum," kata Izrail kepada Ridwan, malaikat penjaga pintuk surga yang sangat tampan.

Wajah Ridwan selalu berseri-seri dihiasi senyum ramah. Siapa pun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan. Dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni surga memasuki tempat yang mulia itu.

Waktu melihat isi surga, Nabi Idris hampir pingsan karena terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris ternganga tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan di depannya. "Subhanallah, subhanallah, subhanallah..," sabda Nabi Idris berulang-ulang.

Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Dipinggir sungai, terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada pula istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada di setiap penjuru. Buah-buahan segar, ranum dan harum baunya.

Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi para pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan bicara dengan sopan.

Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. "Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali."

"Silahkan minum. Inilah minuman untuk penghuni surga," jawab Izrail. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi pun minum air surga dengan nikmat. Beliau amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. "Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah..." Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.

Setelah puas melihat surga, Izrail mengajak Nabi Idris kembali ke bumi.

"Saya tak mau ke luar dari surga ini. Saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti," kata Idris.

"Anda boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti. Setelah semua amal ibadah dihisab oleh Allah, baru Anda bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang beriman lainnya," kata Izrail.

Tapi Idris tetap tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terikat kepada surga. Akhirnya Allah mengaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang masuk surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Idris berusia 82 tahun.

Pada saat Nabi Muhammad SAW sedang Isra Mi'raj ke langit, beliau bertemu dengan Idris. "Siapa orang ini?" tanya Nabi Muhammad kepada malaikat Jibril yang mendampingi waktu itu.

"Inilah Idris," jawab Jibril. Nabi Muhammad SAW mendapat penjelasan Allah tentang Idris dalam Al-Qur'an pada Surah Maryam ayat 56 dan 57. Juga pada Surah Al-Anbiya ayat 85 dan 86. (Tamat)

Cerita Nabi Musa AS

NABI MUSA AS YANG TEGAS

Nabi Musa lahir di Mesir. Saat itu raja yang berkuasa sedang memerintahkan pembunuhan terhadap setiap bayi laki-laki, termasuk bayi laki-laki yang baru lahir. Raja Mesir yang bergelar Firaun memang kejam. Ia memerintah Mesir dengan tangan besi. Semua rakyat harus berkorban untuknya. Yang paling mengerikan, ia juga mengaku sebagai tuhan bagi bangsa Mesir.

"Ingat, aku ini raja sekaligus tuhanmu! Kalian harus menaati semua perintahku. Awas, yang membantah akan kuhukum!" katanya berulang kali.

Rakyat Mesir sangat takut pada ancaman-ancaman Firaun, karena ia memang mudah sekali menghukum. Bahkan ia tega membunuh rakyatnya sendiri.

Di antara rakyatnya, terdapat bangsa Israel yang berasal dari Palestina. Mereka inilah yang selalu menjadi sasaran kezaliman Firaun.

Pada saat seperti itu, muncul ramalan: dari bani Israel akan lahir seorang bayi laki-laki yang setelah dewasa kelak akan menghancurkan kerajaan firaun. Betapa marah Firaun mendengar ramalan itu.

"Kalau begitu, mulai saat ini di Mesir tidak boleh ada bayi laki-laki!" tandas Firaun dihadapan bawahan-bawahannya.

"Menyebarlah kalian ke pelosok negeri. Cari setiap bayi laki-laki. Bunuh mereka saat itu juga! Semuanya!" perintah Firaun, kejam.

KELAHIRAN BAYI SUCI

Dari salah satu keluarga bani Israel, ada seorang ibu yang hendak melahirkan. Namanya Yukabad. Ia sangat takut akan melahirkan anak laki-laki.

Ketika saat melahirkan tiba, Yukabad bersembunyi di dalam sebuah kamar tertutup di rumahnya. Waktu bayi yang dikandungnya lahir, alangkah terkejutnya Yukabad. Ia melahirkan bayi laki-laki!

Anak Yukabad ini tampak sehat dan menyenangkan. Tak ada anak Yukabad yang sebagus dan selucu bayi laki-laki ini.

Tetapi ancaman Firaun telah menanti. Setiap bayi laki-laki harus mati!

"Anakku sayang, aku akan menjagamu. Apa pun yang terjadi," tekad Yukabad sambil mendekap anaknya.

Di kamarnya yang gelap dan sempit itu, Yukabad menyusui anaknya. Ia juga terus-menerus berdoa kepada Allah, agar anaknya tidak dibunuh oleh para pengawal Firaun. Demikianlah, setiap hari Yukabad merasa cemas.

Setelah berhari-hari mengurung diri di sudut rumah, datanglah ilham dari Allah. Yukabad mendapat akal untuk meletakkan anaknya di dalam peti dan kemudian menghanyutkannya ke sungai Nil. Allah berjanji pada Yukabad akan mengembalikan bayi itu kepadanya.

"Engkau tak perlu mengkhawatirkan keselamatan bayimu," begitulah bunyi ilham yang sampai pada Yukabad.

Demikianlah, pada suatu hari, dengan sangat hati-hati, Yukabad meletakkan anak yang disayanginya itu ke dalam sebuah peti mungil. Anehnya bayi itu tampak tenang. Ia tidak menangis atau memberontak.

Dengan mengendap-endap, Yukabad berjalan ke tapi sungai. Ia membawa serta anak perempuannya, kakak si bayi.

"Jaga adikmu baik-baik. Kalau terjadi apa-apa, cepat pulang dan beritahu Ibu," bisik Yukabad pada anak perempuannya. Gadis kecil yang sudah menyadari bahaya apa yang mengancam adiknya itu, mengangguk patuh.

Ketika peti bayi itu dihanyutkan, Yukabad merasa amat sedih. Namun ia ingat janji Allah yang akan mengembalikan bayinya itu kepadanya. Cepat-cepat Yukabad berdo'a, "Ya, Allah, selamatkanlah buah hatiku. Selamatkanlah ia, Ya Allah."

Sementara itu peti mungil berisi bayi laki-laki anak Yukabad terus mengapung mengikuti aliran sungai Nil. Dari tepian sungai, kakak perempuan si bayi terus mengikuti dan mengawasinya.

"Adikku sayang, semoga engkau selamat," do'a anak perempuan ini dalam hati.

Tiba-tiba anak itu melihat peti itu mengalir mengikuti alur sungai yang berbelok ke arah istana." Adikku sampai ke istana raja?!" jeritnya dalam hati. Ia tak berani lagi mengikuti jalannya peti. Dari balik semak-semak di kejauhan ia mencoba mengamati apa yang terjadi.

Peti melaju perlahan dan mengapung-apung persis di depan istana. Di sana, istri Firaun sedang beristirahat sambil ditemani dayang-dayangnya.

"Hai, ada peti! Ada peti!" teriak para dayang dan pengawal.

"Coba, bawa ke mari!" perintah istri Firaun.

Betapa terkejutnya mereka ketika melihat isi peti itu. "Bayi?! Alangkah lucunya...," ujar beliau dengan penuh kasih sayang.

"Wah, bayi laki-laki Tuan Putri!" kata seorang dayangnya.

"Biar saja. Akan kuperlihatkan pada suamiku," kata istri Firaun.

Semua dayang dan pengawal terdiam. Mereka merasa ngeri membayangkan apa yang akan terjadi. Tetapi diam-diam mereka juga berharap permaisuri dapat melunakkan hati Firaun sehingga sang raja akan membiarkan bayi itu hidup.

Sementara itu kakak si bayi merasa ketakutan melihat adik bayinya dibawa masuk ke istana. "Ya, Allah, selamatkanlah adikku. Lindungilah ia," katanya sedih.

Di dalam istana, istri Firaun langsung menunjukkan bayi dalam gendongannya. "Lihatlah suamiku. Alangkah tampannya anak ini. Aku ingin menjadikannya sebagai anak angkat," kata istri Firaun bersemangat. Wajahnya berseri-seri dan penuh harap.

Lalu ia ceritakan bagaimana bayi itu terbaring dalam peti dan hanyut sendiri ke istana dibawa arus sungai Nil.

"Jangan-jangan, anak ini yang akan menjadi musuhku," Firaun mulai curiga hatinya.

"Boleh, kan?" sambung istrinya cepat. "Kita besarkan ia. Kita didik ia, sehingga ia akan jadi pangeran yang gagah kelak."

Tiba-tiba Firaun juga merasa jatuh hati. Sejenak dibelainya bayi yang masih merah itu. Akhirnya ia luluskan permintaan istrinya.

Betapa gembira istri raja. Segera saja ia umumkan bayi laki-laki yang kini menjadi anak angkatnya itu. Kemudian raja, permaisuri, serta kalangan istana memilihkan nama Musa bagi bayi kecil yang luci itu.

Kegembiraan di istana telah diketahui kakak Musa. Ia lega adiknya selamat. Segera saja ia berlari pulang mengabarkan semua yang terjadi kepada ibunya.

Yukabad mengucap syukur setinggi-tingginya kepada Allah. Ia tahu, Allah yang mengatur semuanya." Alhamdulillah," Yukabad berulang-ulang memanjatkan rasa syukurnya.

MENCARI IBU SUSUAN

Tak lama kemudian tersiar kabar bahwa permaisuri raja tengah mencari ibu yang dapat menyusui anak angkatnya. Banyak wanita yang didatangkan ke istana, tapi Musa kecil tetap tak mau menyusu. Ia hanya menangis menjerit-jerit. Istri Firaun menjadi panik.

"Cepatlah carikan ibu susu yang cocok!" katanya kepada para pengawal istana yang sedang sibuk mencari orang yang dimaksud.

Kakak Musa yang ditugasi Yukabad untuk sellu mengawasi adiknya dari jauh, melihat semua itu. Serta merta ia menemui pengawal istana. "Saya mengenal seorang ibu susuan yang baik. Ia selalu bersikap penuh kasih sayang pada anak susuannya," segera saja kakak Musa menawarkan ibunya pada mereka.

"Coba saja!" kata orang istana acuh tak acuh.

Tanpa pikir panjang, kakak Musa segera menjemput Yukabad, ibunya. Mereka bergegas berjalan menuju istana. Hati Yukabad berdebar-debar karena takut rahasianya terbongkar.

Setiba di istana, diberikanlah bayi Musa pada Yukabad. Dalam sekejap Musa langsung menyusu kepada ibunya. Semua orang di istana tercengang atas kejadian itu. Raja bahkan menjadi curiga.

"Siapakah engkau ini?" tanya Firaun penuh selidik.

"Hamba ini biasa menyusui bayi-bayi orang lain, Tuanku," sahut Yukabad pelan. Sebenarnya hatinya menjerit, ingin mengatakan bayi yang sedang disusuinya adalah anak kandungnya.

"Para ibu susu itu juga menyusui bayi-bayi lain, tetapi mengapa tak ada yang cocok dengan Musa?" desak Firaun.

Yukabad merasa bingung. Namun ia segera mendapat ilham untuk menjawab. "Banyak bayi yang senang pada saya. Mungkin karena air susu saya bagus," Yukabad mencoba berkilah.

Firaun cukup puas dengan jawaban ibu Musa. Sejak itu, Yukabad menjadi orang kepercayaan istana. Musa dikembalikan kepadanya untuk disusui. Bahkan ia mendapat gaji besar dari permaisuri.

Yukabad kembali memanjatkan rasa syukurnya kepada Allah. Ia menangis menerima karunia Allah yang begitu besar. "Ya, Allah, Engkau pernah berjanji akan mengembalikan anakku. Sungguh Engkau Maha Memenuhi Janji," ujar Yukabad sambil bersujud.

Bulan demi bulan berlalu. Masa Musa menyusu pun berakhir. Bayi ini segera dikembalikan oleh ibu kandungnya ke istana.

Di lingkungan kerajaan, Musa diasuh dan dibesarkan seperti halnya para anak raja. Musa mendapat sajian makanan yang khusus, perlakuan istimewa, dan dibekali berbagai ilmu. Bukan itu saja, penampilan Musa benar-benar seperti pangeran. Badannya gagah. Wajahnya tampan dan bersih. Pakaiannya pun indah.

Karena pengasuhan istri Firaun yang berhati lembut, Musa juga tumbuh sebagai anak yang penyayang. Meskipun menjadi anak angkat raja, Musa sering memperhatikan keperluan orang lain. Musa juga memberi perhatian khusus pada orang-orang tertindas.

TERSERET PERKELAHIAN

Musa tumbuh pesat menjadi remaja yang matang. Penampilan dan tubuhnya tampak lebih dewasa dari usia sebenarnya.

Musa juga mulai mempraktekkan ajaran-ajaran kepemimpinan yang baik yang diajarkan kalangan istana kepadanya. Salah satu hasilnya, Musa senang berjalan ke pelosok-pelosok negeri utnuk melihat kehidupan rakyat Mesir. Biasanya ia dikawal oleh beberapa pengawal istana.

Suatu hari Musa keluar istana seorang diri. Ia ingin memperhatikan keadaan rakyat dengan lebih jelas dan leluasa, tanpa arahan para pengawalnya. Apalagi pada saat itu ia memang sedang ingin melihat kehidupan kaumnya, bani Israel, yang selalu ditindas Firaun.

Ketika berada di sebuah sudut kota, Musa melihat dua orang sedang berkelahi. Tiba-tiba salah seorang dari mereka memanggil-manggil namanya. "Tolonglah aku Musa!" teriak orang itu. "Aku ini orang Israel yang teraniaya. Orang ini hendak membunuhku!"

Musa terkejut. Kemarahannya muncul. Ia teringat kembali pada penderitaan bangsa Israel di Mesir. Segera saja ia datangi kedua orang yang sedang berkelahi itu. Didasari keinginan untuk menolong sesama kaumnya, dengan cepat Musa memukul lawan orang Israel itu, yang ternyata memang orang Mesir.

"Bukkk!" kuat sekali pukulan Musa terdengar, menyebabkan orang Mesir itu langsung jatuh, tak bangun-bangun lagi. Ketika dilihat, ternyata ia sudah meninggal. Musa dan orang Israel itu menjadi ketakutan sekaligus bingung, tak tahu apa yang harus diperbuat.

"Sudah, sebaiknya engkau cepat pergi! ingat, ini rahasia kita berdua," kata Musa pada orang israel yang ditolonglah.

Pada saat itu, selain mereka berdua memang tidak ada orang lain. Sebelum pergi, orang itu mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada Musa. "Tanpa pertolonganmu, entah bagaimana nasibku tadi. Orang Mesir memang selalu bersikap zalim pada kita."

Begitu orang Israel itu pergi, Musa terduduk lesu. Ia amat menyesali perbuatannya. "Sungguh, aku tak berniat membunuhnya. Aku hanya ingin memberinya pelajaran," desah Musa sedih.

Dengan penuh penyesalan Musa memohon ampun dan bertobat kepada Allah atas perbuatannya. Musa menangisi kesalahan yang tak disengajanya itu. Allah yang maha pengasih selalu berkenan memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang benar-benar bertobat, demikianlah Musa mendapat ampunan.

Kabar kematian orang Mesir itu ternyata cepat menyebar ke segala penjuru. Orang-orang curiga, pembunuhnya pasti orang Israel, tetapi tak ada seorang pun yang tahu siapa dia. Para pejabat istana Mesir sangat penasaran, ingin segera menemukan pembunuhnya.

"Pelakunya harus dihukum berat!" kata seorang pejabat, tegas.

"Ia harus dihukum mati!" sambung yang lain dengan nada geram.

Musa sendiri berpura-pura tidak tahu masalah yang sedang diperbincangkan itu. Namun karena di istana, bahkan di mana-mana semua orang membicarakannya, lama-kelamaan hati Musa cemas juga. Ia berulang kali mohon perlindungan Allah.

Suatu hari ia berjalan keluar istana lagi. Ia mencoba menenangkan diri dengan pergi ke daerah yang sepi. Di tengah jalan ternyata Musa bertemu lagi dengan orang Israel yang pernah ditolongnya. Lagi-lagi orang itu sedang berkelahi!

"Musa, tolong! Orang Mesir ini hendak membunuhku!" teriak orang Israel itu mengiba-iba.

Musa tiba-tiba merasa muak dan geram. "Ternyata engkau memang suka bikin masalah," hardiknya pada orang Israel itu. Dengan langkah lebar ia bergegas mendatangi orang Israel itu. Melihat gelagat ini, orang Israel itu menjadi ketakutan. Ia tahu Musa marah besar kepadanya

"Apakah engkau hendak membunuhku seperti yang telah engkau lakukan pada orang Mesir itu?" teriaknya tiba-tiba.

Sudah pasti teriakan orang Israel ini terdengar oleh lawannya dan beberapa orang lain yang sedang berada di sana. Tak syak lagi, pecahlah kegemparan! Bahkan dengan cepat tersiar berita bahwa Musa-lah, anak angkat Firaun, pembunuh orang Mesir itu.

Musa sangat kecewa pada orang dari kaumnya itu. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Rahasianya sudah terbongkar.

Sejak kejadian tersebut, Musa sering menyendiri. Sementara orang-orang mejadi ragu, dapatkah anak angkat raja dihukum?

Pada suatu hari, seorang laki-laki mendatangi Musa dengan langkah terburu-buru. "Musa, cepat pergi dari sini! Para pejabat istana berniat membunuhmu!" seru laki-laki itu terengah-engah. "Tinggalkan Mesir sekarang juga!"

Musa terperanjat. Ternyata kalangan istana tak peduli lagi meskipun ia anak angkat Firaun. Musa segera berkemas dan bersiap-siap pergi. "Ya, Allah, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim," do'a Musa dengan khusyuk.

Ketika malam tiba, ia menyelinap meninggalkan istana untuk pergi sejauh mungkin dari Mesir. Ia sering menengok ke belakang; ingin tahu apakan ada orang-orang Mesir yang mengejarnya. Alhamdulillah, tak tampak seorangpun di belakang sana. Musa amat bersyukur atas perlindungan Allah kepadanya.

NEGERI MADYAN

Setelah berhari-hari berjalan, Musa tiba di sebuah kota yang bernama Madyan, letaknya di bagian selatan Palestina. Ketika menjejakkan kaki di kota itu, baru Musa merasa lega karena terbebas dari kejaran tentara Mesir.

Bersamaan dengan itu, terasalah letih dan penat yang selama ini tak dihiraukannya. Kulit kakinya melepuh karena telah berjalan cepat tanpa henti. Apalagi di sepanjang jalan cuaca panas dan dingin silih berganti. Akhirnya Musa beristirahat di bawah sebatang pohon yang rindang.

Di depannya banyak orang berkerumun menunggu sesuatu. Tak jauh dari mereka terlihat kumpulan ternak yang sedang digembalakan.

"Oh, rupanya mereka sedang antri untuk mengambil air di sumur," gumam Musa dalam hati.

Orang-orang itu berdesakan untuk mendapatkan bagiannya lebih dulu. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Musa melihat para laki-laki yang tubuhnya lebih kecil terhimpit oleh mereka yang bertubuh besar dan kuat

Ketika melayangkan pandangan ke sekelilingnya, Musa melihat dua orang gadis sedang berdiri sambil memperhatikan kerumunan laki-laki di tepi sumur itu dari kejauhan. Musa heran mereka hanya berdiri saja tanpa melakukan sesuatu.

"Kalian sedang apa?" tanya Musa setelah berada di dekat kedua gadis tadi.

"Kami ingin mengambil air untuk ternak kami," jawab salah seorang gadis itu.

"Mengapa tak pergi ke sana?" Musa menunjuk sumur yang dikerumuni banyak orang itu.

"Kami tak berani berdesakan. Kami akan tunggu saja sampai semua laki-laki itu pergi," jawab gadis itu lagi.

"Apakah di rumah kalian tak ada laki-laki yang bisa mengambilkan air?" tanya Musa lagi penasaran.

"Ada, Ayak kami. Tetapi beliau sudah sangat tua," sahut gadis itu dengan nada sedih.

Mendengar hal itu, Musa tiba-tiba merasa iba pada mereka. Tanpa mempedulikan keletihannya, ia segera beranjak untuk menolong kedua gadis tersebut. Setiba di dekat sumur, Musa langsung masuk ke dalam kerumunan. Tubuhnya yang tegap dan amat kuat membuat orang-orang lain menyingkir. Musa segera mengisi tempat air milik kedua gadis itu sampai penuh.

"Kami sangat berterima kasih kepadamu," kata keduanya. Dengan perasaan amat gembira, kedua gadis itu bergegas pulang.

Musa pun melanjutkan istirahatnya. Dalam keadaan letih dan lapar, Musa berdo'a kepada Allah," Ya, Allah, sesungguhnya aku membutuhkan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."

Allah Maha Mengabulkan do'a hamba-Nya yang beriman. Tak lama, datanglah salah seorang gadis yang ditolongnya tadi.

"Ayahku mengundang engkau untuk singgah di rumah kami. Ayah ingin membalas budi baikmu," ujarnya malu-malu.

Musa merasa lega. Untuk sementara ia akan mendapatkan tempat berteduh dan melepas dahaga. Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju rumah si gadis.

BERTEMU CALON MERTUA

Ketika tiba di rumah itu, Musa disambut hangat oleh ayah gadis tersebut "Assalamu'alaikum, wahai anak muda," beliau memberi salam sambil memeluk Musa. "Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu menolong anak-anakku."

"Wa'alaikum salam. Bantuan itu tak seberapa." Musa merasa malu atas sambutan berlebihan yang diterimanya. Diam-diam ia sangat terkesan terhadap kebaikan dan keramahan orang tua itu.

"Namaku Syuaib. Siapakah namamu dan dari mana asalmu?" tanya laki-laki tua itu. Beliau memang Nabi Syuaib yang ditugaskan Allah untuk berdakwah di negeri Madyan.

Musa lalu bercerita panjang lebar tentang kehidupannya. Ia menceritakan masa kecilnya, mulai saat ia dibesarkan di istana Mesir, sampai kemudian ia menjadi pelarian dari istana.

"Allah telah menyelamatkanmu. Bersyukurlah kepada-Nya. Sekarang insya Allah engkau berada di tempat yang aman, di rumah kami. Engkau boleh tinggal di sini," kata Nabi Syuaib dengan ramah.

Mulai saat itu, Musa tinggal di rumah Nabi Syuaib. Ia bahkan diperlakukan seperti anggota keluarga. Semua orang menyukai Musa. Akhlaknya yang bagus, sifat penolongnya, kasih sayangnya terhadap sesama, semuanya amat membahagiakan keluarga Nabi Syuaib.

Suatu hari, salah seorang putri Nabi Syuaib mengajak ayahnya bicara. "Ayah, tidakkah sebaiknya Musa disuruh bekerja pada kita saja? Ia rajin dan bisa dipercaya, bukan?" kata gadis ini hati-hati.

Nabi Syuaib merasa bahwa anaknya ini diam-diam menyukai Musa. Keesokan harinya, Nabi Syuaib memanggil Musa. Pemuda tegap itu dengan takzim datang menghadap.

"Musa," Nabi Syuaib memulai, "sekarang ini engkau sudah pantas memiliki jodoh. Seandainya engkau kunikahkan dengan anak gadisku yang besar, apakah engkau setuju?"

Musa terkejut mendengar pernyataan Nabi Syuaib. Namun diam-diam hatinya gembira, karena sebenarnya ia juga menyukai gadis itu.

"Saya bersyukur atas kepercayaan ini. Insya Allaj, saya bersedia," jawab Musa sepenuh hati.

Beberapa saat kemudian kedua orang itu mematangkan rencana pernikahan tersebut. "Tetapi saya tidak punya apa-apa untuk mahar," kata Musa dalam pembicaraan itu.

"Engkau boleh mengganti mahar itu dengan masa kerja selama delapan tahun padaku," jawab Nabi Syuaib. "Lagi pula jika engkau tetap tinggal di sini, kalian berdua bisa bekerja sama mengurus usaha kami."

Musa menyetujui gagasan calon mertuanya. Pada masa itu delapan tahun bukanlah waktu yang panjang.

Akhirnya menikahlah kedua pasangan muda itu. Mereka hidup bahagia. Saling mencintai dan saling menghormati. Musa juga belajar banyak dari mertuanya, terutama menyangkut risalah-risalah dari Allah yang harus disampaikan kepada umat.

Bertahun-tahun mereka hidup bersama di Madyan. Akhirnya sampailah pada tahun ke delapan. Musa mendadak ingin menengok tanah kelahirannya, Mesir. Diceritakanlah keinginan tersebut pada istrinya.

"Aku ikut ke mana pun engkau pergi," tegas istri Musa, lembut.

Musa bahagia mendengar kesediaan istrinya. Maklum pergi ke Mesir bukanlah perjalanan yang mudah. Keduanya kemudian menghadap Nabi Syuaib untuk meminta izin. Nabi Syuaib dapat memahami keinginan itu. Sebagai nabi, beliau paham, semua ini tentu kehendak Allah.

"Aku doakan, semoga Allah memberi kalian banyak kebaikan di perjalanan dan di negeri asalmu," sabda Nabi Syuaib.

Setelah itu keduanya berkemas-kemas mempersiapkan perbekalan. Esoknya mereka langsung berangkat menuju Mesir.

MENJADI UTUSAN ALLAH
Hari pertama Musa dan istrinya berjalan ke arah utara. Lembah dan bukit mereka lalui. Akhirnya tibalah mereka di gunung Sinai. Hari sudah malam ketika mereka tiba di sana. Tiba-tiba Musa merasa bingung, ke mana arah yang harus ditempuhnya. Sementara istrinya sudah mulai kelelahan.

"Rasanya kita harus istirahat sekarang," usul istri Musa lemas.

"Baiklah," kata Musa. Pandangannya bergerak ke sekeliling. Segalanya gelap. Mendadak Musa melihat sinar api di lereng sebuah bukit.

"Hai, ada api di sana!" teriak Musa gembira.
"Tinggallah di sini dan jangan ke mana-mana," pesan Musa pada istrinya." Aku akan mengambil api itu. Siapa tahu kita bisa membuat api unggun di sini."

Dengan penuh semangat Musa berjalan cepat ke arah api itu. Ketika tiba di lereng tadi, Musa mendengar suara yang belum pernah ia dengar sebelumnya. "Wahai Musa! Aku adalah Tuhanmu. Sekarang tinggalkanlah alas kakimu. Sesungguhnya engkau berada di lembah suci Thuwa."

Tubu Musa gemetar mendengar suara itu. "Ya, Allah, aku mendengar suara-Mu?" Musa merasa tak percaya.

"Aku telah memilihnmu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu," kata suara itu lagi. "Sesungguhnya Aku ini Allah. Tiada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku.

Musa tersungkur mendengar firman Allah. Tubuhnya seperti kehilangan tenaga. Ia diangkat menjadi utusan Allah! Di dalam Al Qur'an, peristiwa ini dicatat sebagai wahyu pertama yang diterima Nabi Musa.

Allah kemudian berfirman lagi,"Apakah yang kau pegang dengan tangan kananmu, hai Musa?"

"Tongkat hamba, ya Allah. Hamba bertelekan padanya, dan dengan tongkat ini pula hamba pukul daun-daun untuk kambing gembalaan hamba, juga untuk keperluan lainnya," jawab Nabi Musa.

"Lemparkan tongkat itu, Musa! perintah Allah.

Nabi Musa langsung mengikuti perintah Allah. Ia lemparkan tongkatnya ke tanah. Seketika itu juga, tongkat tadi berubah menjadi seekor ular besar yang menjalar-jalar. Nabi Musa sangat ketakutan melihatnya.

"Peganglah dan jangan engkau takut! Aku akan mengembalikannya ke keadaan semula!" perintah Allah lagi.

Nabi Musa segera memegang kepala ular itu dan tiba-tiba ular besar itu kembali berubah menjadi tongkat

Cerita Nabi Adam AS

ADAM MANUSIA PERTAMA DI BUMI

Beribu-ribu tahun sebelum manusia diciptakan Allah, alam semesta dan semua isinya telah ada. Di atas bumi yang terbentang luas, berdiri gunung-gunung tinggi, menjadi tiang bumi. Lautan yang membentang, sungai-sungai yang panjang, hutan belantara dan danau-danau menjadi sumber kehidupan tanaman dan hewan-hewan.

Di bumi terdapat banyak hutan dan padang ilalang di mana tanaman tumbuh subur: pohon buah-buahan, bunga-bungaan dan tanaman penghasil bahan makanan seperti padi dan gandum.

Selain tumbuh-tumbuhan, ada pula binatang. Allah telah menciptakannya dalam ribuan jenis. Ada yang hidup di air, misalnya ikan. Ada juga burung-burung yang terbang di udara. Dan yang hidup di darat banyak sekali ragamnya. Ada binatang yang bisa dimakan dagingnya, ada yang bisa dijadikan tunggangan, dan ada juga yang menghasilkan susu dan madu.

Banyak binatang-binatang yang hidup di zaman itu sudah tidak ada lagi di abad ini. Sekarang kita hanya mengetahuinya dari sisa-sisa fosil yang ditemukan. Salah satunya adalah dinosaurus. Kita bisa melihat peninggalan-peninggalan itu di museum-museum besar dan terkenal.

Sebelum manusia ada, Allah SWT telah menciptakan malaikat. Jumlahnya jutaan dan bahkan milyaran! walau tak terlihat oleh kita, tapi bumi, langit dan seisinya ini penuh malaikat. Bahkan Rasulullah pernah bersabda setiap tetes hujan yang turun selalu disertai malaikat.

Allah menciptakan malaikat dari cahaya. Tugasnya adalah beribadah dan menjalankan semua perintah Allah. Mereka selalu berzikir dan mensucikan asma Allah. Malaikat-malaikat ini tidak makan, tidak tidur, dan selalu siap melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Allah.

Dari sekian banyak malaikat, yang kita ketahui namanya hanya sekitar 10 malaikat. Yang paling dikenal adalah malaikat Jibril, pamimpin para malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu Allah kepada para Nabi. Kita juga mengenalIzrail - malaikat pencabut nyawa, Malik - penjaga neraka, Mikail - malaikat kesuburan alam, Munkar dan Naqir - malaikat penjaga kubur yang akan menanyai manusia di liang lahat. Ada lagi malaikat Roqib dan 'Atid - yang menuliskan semua amal baik dan buruk sese orang. Ridwan - penjaga surga, Israfil - peniup sangkakala.

Ada beberapa malaikat yang namanya sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan Allah, misalnya malaikat yang menurunkan hujan, yang menjaga surga, yang menjaga iklim, dan sebagainya. Selain yang sudah disebut di atas, masih banyak sekali malaikat yang tidak kita ketahui nama dan tugasnya.

Waktu hendak menciptakan manusia, Allah SWT mengumpulkan semua malaikat. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan Adam sebagai khalifah di muka bumi."

Para malaikat heran mendengar penyataan Allah itu. Bukankah sudah ada makhluk ciptaan seperti mereka? Jumlah mereka pun banyak, dan semuanya amat patuh menjalankan perintah Allah.

Kemudian para malaikat bertanya kepada Allah, "Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi? Mereka akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah sedangkan kami senantiasa bertasbih mensucikan-Mu."

"Aku lebih mengetahui apa-apa yang tidak kalian ketahui," firman Allah. Jawaban Allah ini membuat para malaikat sadar bahwa Allah-lah Maha Pencipta segala sesuatu. Sesungguhnya para malaikat juga tidak tahu untuk apa mereka mula-mula diciptakan.

Tak lama kemudian Allah SWT menciptakan manusia pertama dari tanah liat kering. Setelah tubuhnya terbentuk. Allah meniupkan ruh, maka tubuh itu bisa bergerak, hidup, dan berpikir. Manusia pertama ini bernama Adam dan Allah menempatkannya di surga.

Waktu para malaikat memperhatikan makhluk ciptaan Allah yang baru ini, turunlah perintah Allah kepada mereka.

"Coba, kalau kalian tahu, sebutkanlah nama benda-benda!"

Para malaikat bingun. Mereka merasa tidak pernah tahu dan tidak mendapat pelajaran tentang hal itu dari Allah.

Kemudian Allah memberi perintah kepada Adam. "Wahai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama benda-benda ini!"

Ternyata Adam bisa menyebutkan semua nama benda, satu per satu. Para malaikat menjadi sadar, inilah kelebihan yang diberikan Allah kepada Adam, si manusia pertama. Allah memberi karunia akal, sehingga dapat menerima ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan inilah yang kemudian diturunkan kepada para Nabi.

Saat itu pula-lah Allah meminta semua malaikat bersujud di depan Adam. Karena beriman kepada Allah serta berilmu pengetahuan, Adam menjadi makhluk Allah yang termulia di antara ciptaan Allah lainnya.

Para malaikat pun serentak tunduk memberi hormat kepada Adam. Tapi ada satu yang membangkang dan tak mau bersujud, sehingga disebut iblis. Sebenarnya iblis termasuk golongan malaikat yang diciptakan Allah dari api. Melihat itu, Allah langsung menegur iblis, "Kenapa engkau tidak mau menghormati Adam? Apakah engkau menyombongkan diri? Atau engkau merasa menjadi makhluk yang lebih mulia?"

Ternyata jawaban iblis sangat sombong. "Aku lebih baik dari Adam karena Engkau jadikan aku dari api sedangkan Engkau jadikan Adam dari tanah."

Iblis lupa bahwa dirinya hanya makhluk ciptaan, sama seperti Adam dan para malaikat. Adam dan para malaikat mau mematuhi perintah Allah karena sadar bahwa Allah Sang Pencipta paling tahu akan keadaan yang diciptakan-Nya. Sementara iblis merasa lebih tahu dari Allah dan menganggap perintah Allah sebagai hal yang aneh dan mengada-ada.

Allah menjadi murka karena sikap iblis yang kurang ajar. Iblis diusir dari surga dan tak boleh kembali lagi. "Sesungguhnya kutukan-Ku ini berlaku sepanjang jaman hingga hari kiamat!" demikian firman Allah.

Iblis ketakutan mendengarnya. Tak terbayangkan olehnya bagaimana hidup diluar surga. Ia harus meninggalkan kehidupan surga yang serba enak dan menyenangkan. Lalu di akhir jaman nanti ia pun akan dimasukkan ke neraka! Tempat paling buruk dan paling mengerikan. Tempat ini disiapkan untuk siapa saja yang berani melawan perintah Allah. Ini semua gara-gara Adam, pikirnya.

Hatinya kembali panas membara. Kebenciannya kepada Adam makin bertambah. Dan sebelum meninggalkan surga, iblis masih sempat berkata kepada Allah, "Ya Allah, Engkau keluarkan aku dari surga karena Adam. Oleh karena itu aku bersumpah akan memusuhi Adam dan semua keturunannya."

Iblis juga mengatakan bahwa ia tak ingin sendirian berada di neraka. Ia ingin membawa serta anak-cucu Adam. Oleh karena itu selama anak cucu Adam masih hidup, ia akan terus menggoda dan mengajak mereka untuk bersama-sama menentang Allah.

Dan Allah membiarkan iblis melaksanakan keinginannya. Hanya saja Allah memperingatkan bahwa hamba-hamba-Nya yang shalih dan beriman tak akan tergoda oleh iblis.

Hanya manusia atau anak-cucu Adam yang malas beribadahlah yang akan mudah terkena bujuk rayu iblis.

Iblis sangat gembira. Terbayang olehnya bahwa kelak ia tidak akan sendirian menderita di neraka!

HAWA, ISTRI PEMBERIAN ALLAH
Di surga, Adam menikmati kesenangan hidup yang luar biasa. Ia mendapatkan semua yang diinginkannya. Tempat tinggal yang bagus, makanan yang serba enak, minuman beraneka rupa dan rasa, pemandangan yang serba indah. Semuanya ada di surga. Semua bisa diperoleh dengan mudah dan cepat. Secepat kilat!

"Oh, betapa bahagianya aku berada di tempat ini. Terimakasih atas semua karuniaMu, ya Allah" begitulah Adam bersyukur. Allah menambah karuniaNya dengan menciptakan seorang pendamping untuk Adam.

"Siapa namamu?" tanya Adam.
"Aku tidak tahu," jawab perempuan itu lembut.
"Kalau begitu, engkau kuberi nama Hawa."

Adam amat bersyukur karena Allah mengaruniakan teman hidup baginya, istri yang akan setia mendampinginya.

Mereka berdua hidup bahagia di surga. Setiap hari bersenang-senang menikmati semua yang serba indah dan enak. Adam dan Hawa amat mensyukuri nikmat allah itu.

Tapi di antara semua kenikmatan itu, Allah memberi peringatan. "Jangan sekali-kali kalian dekati pohon ini," kata Allah.

Adam dan Hawa tak tahu mengapa Allah melarang mereka mendekati pohon khuldi. Ya, hanya sebatang pohon, tapi bisa mengubah orang menjadi zalim! Sebagai orang beriman pasangan suami-istri itu mematuhi larangan Allah.

TIPUAN IBLIS
Pada saat Allah menurunkan peringatan kepada Adam dan Hawa, diam-diam iblis mendengarkan.

"Ini kesempatan bagus," katanya licik. "Kalian akan kubuat melanggar perintah Allah dan menanggung akibatnya..."

Namun Allah yang Maha Tahu mengetahui rencara busuk iblis itu. Maka Allah memperingatkan Adan dan istrinya. "Hai, Adam. Iblis itu musuhmu dan musuh istrimu. Jangan sampai ia mencelakakan kalian dengan berusaha supaya kalian dikeluarkan dari surga."

Mendengar peringatan itu, Adam dan Hawa menjadi waspada. Mereka tak ingin tergoda oleh musuh yang jahat itu.

Suatu saat, Iblis menyelinap masuk ke surga. Ia mencari kesempatan bicara dengan suami istri itu.

"Hai, Adam," kata iblis. "Aku mau menunjukkan buah yang bisa membuatmu hidup di surga selama-lamanya. Maukah engkau melihatnya?"

Iblis bicara dengan kata-kata manis dan bersikap seolah-olah nasihatnya sangat penting.

"Buah apa itu?" tanya Adam ingin tahu.
"Lihat pohon itu! Buahnya ranum dan segar. Rasanya enak sekali," kata iblis sambil menunjuk pohon khuldi.

Tiba-tiba Adam ingat pada peringatan Allah tentang godaan iblis dan langsung mengusir iblis. "Jangan coba-coba membujukku. Engkau penipu. Pergi dari sini!" kata Adam marah.

Adam tak mengerti kenapa iblis sama sekali tidak takut kepada Allah. Iblis dengan mudah justru mengatakan sebaliknya. Adam tak ingin diusir dari surga. Akhirnya iblis meninggalkan Adam dan Hawa. Tapi diam-diam ia tak mau menyerah. "Kapan-kapan akan kucoba lagi," katanya.

Demikianlah cara iblis. Ia tak pernah bosan berusaha mencelakakan manusia. Itu sebabnya, jika kita menginginkan kebaikan seperti firman Allah, kita juga tak boleh bosan berusaha. Dengan cara itu kita juga akan terhindar dari godaan iblis.

Tak lama kemudian iblis datang lagi kepada Adam dan Hawa. Ini adalah usahanya yang ke dua. Iblis berusaha agar mereka mau mencicipi buah khuldi. Setelah itu mereka akan sengsara seperti aku, pikir makhluk jahat itu.

Tapi lagi-lagi Adam menyambut kedatangan iblis dengan kemarahan, "Hai iblis yang terkutuk, aku masih ingat bahwa Allah melarangku mendekati pohon itu!"

Iblis geleng-geleng kepala melihat keteguhan Adam. Tapi ia berusaha lagi untuk yang ke tiga kalinya. Kali ini ia memetik buah khuldi yang ranum dan segar itu lalu pelan-pelan mengulurkannya kepada Hawa. "Demi Allah, aku ingin kalian hidup kekal di surga," bujuknya.

Mendengar sumpah iblis, Adam dan Hawa menjadi bimbang. Setelah bersumpah atas nama Allah mana berani iblis berbohong? kata Hawa dalam hati. Ia memandang buah khuldi yang diulurkan iblis kepadanya. Seleranya terbit.

"Ambillah. Rasanya enaaak sekali. Ambillah...," kata iblis meneruskan bujukannya.

Akhirnya Hawa mengajak Adam menerima buah dari tangan iblis. Tanpa sadar mereka memakannya. Begitu menggigit buah terlarang itu, timbullah rasa bersalah dan malu dalam diri mereka. Adam dan Hawa kebingungan mengatasi rasa bersalah itu. Mereka sangat ketakutan dan sedih karena sadar telah melanggar aturan Allah.

Sementara itu iblis bergembira ria. Ia tertawa terbahak-bahak, dan merasa puas karena berhasil menipu dua orang yang beriman itu. Adam dan Hawa menangis sedih. Mereka mohon ampun kepada Allah atas kesalahan mereka. Ternyata, walaupun bersumpah dengan nama Allah, iblis tetap tak bisa dipercaya.

Permohonan ampun pasangan Adam dan Hawa sampai saat ini ditiru setiap muslim yang menyesali kesalahannya.

Rabbanaa dhalamnaa anfusanaa wain llam taghfirlanaa watarhamnaa lanakuunannaa minal khasiriin. (Q.S. al-A'raf: 23)

"Ya, Allah. Sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami sendiri. Dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, tentu kami termasuk orang-orang yang merugi."

Maka dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, Allah memberi ampun kepada Adam dan Hawa. Namun Allah memberi perintah lain yang mengejutkan.

"Demi kemuliaan-Ku, kalian harus meninggalkan surga. Sekarang, turunlah ke bumi yang sudah lama Kuciptakan. Di sanalah kalian akan hidup. Tetapi kalian harus bersusah payah dan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan."

Dengan sedih Adam dan Hawa meninggalkan surga, tempat yang penuh kenikmataan, kegembiraan dan kebahagiaan. Semua itu terpaksa mereka tinggalkan gara-gara tipu daya iblis. Adam dan Hawa sadar, keturunannya nanti akan terus menjadi incaran tipu daya iblis supaya tidak bisa tinggal di surga.

Waktu Adam dan Hawa turun ke bumi, mereka berada di tempat yang sangat berjauhan. Bumi yang begitu luas dan sunyi membuat mereka sama-sama kesepian. Kesusahan hidup di dunia langsung terasa. Mereka saling mencari tanpa tentu arah. Setelah bertahun-tahun akhirnya mereka berjumpa kembali di padang Arafah (tempat pertemuan Adam dan Hawa ini sekarang dinamakan Jabal Rahmah). Mereka sangat bahagia dapat bertemu dan bisa hidup bersama lagi.

KISAH QABIL DAN HABIL
Setelah tinggal di bumi, Nabi Adam dan Hawa mulai berkeluarga. Hawa berkali-kali melahirkan anak kembar. Dan pasangan bayi kembar itu selalu terdiri dari bayi laki-laki dan bayi perempuan.

Anak kembarnya yang pertama bernama Qabil dan Iqlima. Lalu lahir lagi anak kembar ke dua, yaitu Habil dan Labuda. Waktu mereka mulai besar, anak-anak ini diajar Nabi Adam bekerja sesuai dengan sifat-sifat mereka. Qabil yang kasar dan pemarah diberi pekerjaan bertani dan bercocok tanam. Sedang Habil yang lembut dan penyayang ditugaskan mengurus ternak.

Waktu keduanya beranjak dewasa, Allah memberi ilham kepada Adam untuk menikahkan mereka dengan kedua kembarannya. Qabil dipasangkan dengan Labuda, saudara kembar Habil. dan Habil dinikahkan dengan Iqlima, saudara kembar Qabil.

Tapi Qabil tidak suka dengan keputusan ayahnya. Ia merasa diperlakukan tidak adil. Ia ingin menikahi saudara kembarnya sendiri karena menganggap saudara kembar Habil tidak cantik. Padahal Iqlima sendiri menyukai Habil yang lembut dan tidak pemarah.

"Habil tidak boleh mengawini Iqlima. Ia akan jadi istriku!" kata Qabil. Ia tak peduli pada keputusan Allah untuknya. Ia juga tidak peduli bahwa Iqlima tidak menyukainya. Hati Qabil sudah panas dan dipenuhi kemarahan. Tampaknya pengaruh iblis sudah merasuk ke dalam dirinya.

Nabi Adam bingung menghadapi anaknya yang keras kepala itu. Anjuran orang tua, perintah Allah tak ada yang didengar. Akhirnya Adam memohon pertolongan Allah untuk menyelesaikan masalah ini.

Kemudian Allah memberi jalan keluar dengan meminta kedua anak Adam memberi korban. "Allah memberi kita kelapangan rejeki. Karena itu kita perlu berbagi dengan makhluk lain yang kurang beruntung," kata Adam kepada kedua anaknya.

"Siapa dari kalian yang diterima kurbannya oleh Allah, ia yang boleh memilih istri lebih dulu," sabda Nabi Adam. Kali ini Qabil mau menuruti petunjuk ayahnya. Ia berharap bisa lebih dulu memilih Iqlima.

Habil dan Qabil segera menyiapkan kurbannya. Habil memilih kambingnya yang paling gemuk karena ingin beribadah kepada Allah dengan harta miliknya yang terbaik.

Sebaliknya Qabil membawa hasil panennya yang buruk. Hasil panen yang bagus disimpan untuk dimakannya sendiri.

Kedua kakak-beradik ini diperintahkan Nabi Adam membawa kurbannya ke puncak gunung. "Kita lihat nanti, kurban siapa yang diterima Allah," kata Adam.

Habil menyembelih kambingnya dan Qabil menggelar hasil panen berupa buah dan bahan makanan. Mereka meninggalkan kurban itu di puncak gunung.

Keesokan harinya Adam dan kedua putranya menyaksikan hasil kurban kemarin. Ternyata, kambing sembelihan Habil telah habis. Sementara buah dan bahan makanan yang dikurbankan Qabil masih utuh. Tak satu pun binatang ciptaan Allah yang memakan sayur dan buah busuk yang disajikan Qabil. "Bersyukurlah kepada Allah karena kurbanmu yang diterima," kata Adam kepada Habil.

Betapa gembira hati Habil waktu mengetahui bahwa Allah ridho dengan kurbannya. Ia pun bersyukur karena diizinkan memilih istri yang baik dan cantik.

Melihat itu, Qabil yang pemarah makin panas hatinya. Iblis semakin merasuk ke dalam jiwanya. Qabil sudah lupa pada semua ketentuan Allah. Ia membiarkan iblis mempengaruhi tingkah lakunya. Bunuh saja,adikmu! Ia selalu menjadi penghalangmu, bisik iblis ke dalam hati Qabil. Ia mulai mempengaruhi Qabil.

Aku, membunuh adikku sendiri? batin Qabil bimbang.
Ya, lakukanlah. Karena selama ini ia membuatmu tak bisa memperoleh apa yang engkau inginkan. Hidupmu sering sial gara-gara dia, lagi-lagi iblis membisikkan alasan-alasan yang sepertinya masuk akal.

Sekarang engkau tak bisa mengawini Iqlima karena Habil telah mempersembahkan kurban yang lebih baik, bisik iblis lagi.

Akhirnya Qabil mulai membenarkan bisikan-bisikan iblis. Kapan aku bisa bahagia kalau Habil ada di depanku dan merebut apa saja yang kuinginkan? Tekad untuk membunuh adiknya mulai bulat.

Waktu itulah Habil lewat di depannya.
"Hai, Habil," teriaknya. "Aku benci padamu karena engkau selalu membuat hidupku tidak bahagia," kata Qabil.

Bagus, bagus, bagus...iblis memberi semangat tanpa disadari Qabil sendiri. Pikiran dan jiwanya sudah dipenuhi nafsu iblis.

"Daripada hidupku susah terus, lebih baik engkau kubunuh!" kata Qabil geram.

Habil sangat kaget melihat sikap Qabil. Bukankan kemarin Qabil telah setuju untuk melakukan kurban dan menerima hasil akhirnya? Mengapa sekarang Qabil ingkar janji? Apalagi keputusan ayahnya semata-mata karena petunjuk Allah.

Habil berusaha tenang menghadapi kemarahan kakaknya,"Kalaupun engkau gunakan tanganmu untuk membuhunku, aku tak akan berniat membalas dengan membunuhmu. Aku sangat takut kepada Allah, Penguasa Sekalian Alam."

Tapi keberingasan Qabil tak mereda berhadapan dengan sikap pasrah adiknya. Dengan kejam dibunuhnya Habil, adik kandungnya sendiri. Dan begitu pembunuhan terjadi, iblis pun bersorak-sorak kegirangan. Ia berhasil! Ia mendapat kawan untuk menjalani kehidupan di neraka kelak.

Sementara itu Qabil tiba-tiba tersadar dengan perbuatannya. Ia melihat Habil tergeletak tak bernyawa. Hatinya jadi sedih.

Mengapa aku tega membunuh adik kandungku sendiri? Demikian ia berulang-ulang menyesali perbuatannya. Sementara itu, iblis yang telah berhasil menggoda anak Nabi Adam melakukan kejahatan telah pergi.

Qabil melihat awan berubah menjadi mendung. Hujan turun rintik-rintik. Angin bertiup menggugurkan daun-daun. Begitulah bila ada manusia beriman meninggal. Alam ikut bersedih mengantar kepergiannya. Apalagi bila kematian itu disebabkan karena kejahatan yang dilakukan orang lain, seperti yang terjadi pada Habil. Alam ikut menangis.

Qabil bingung dan ketakutan akibat perbuatannya. Ia tak tahu harus berbuat apa. Semua penyesalan tak ada gunanya lagi.

Tiba-tiba ia melihat dua ekor burung gagak yang berkelahi dengan sengit. Akhirnya salah satu burung itu mati. Burung yang masih hidup mematuk dan mengais-ngais tanah. Rupanya ia sedang membuat lubang. Setelah itu, bangkai burung satunya dimasukkan ke dalam lubang dan akhirnya burung itu menutup kembali lubang itu dengan tanah.

Qabil melihat peristiwa itu. Sebenarnya ini adalah pelajaran dari Allah yang diberikan kepada manusia lewat perilaku binatang. Sampai sekarang pun kita masih bisa mencontoh perilaku semut-semut yang selalu akrab satu sama lain. Selain akrab semut-semut juga selalu bekerja sama.

Qabil lalu meniru apa yang dilakukan oleh burung gagak itu. Ia menggali lubang dan mengubur mayat Habil.

Setelah itu ia duduk termenung. Hatinya diliputi kecemasan, kesedihan, dan juga ketakutan. Qabil membayangkan siksa neraka yang mengerikan. Inilah azab Allah yang diperuntukkan bagi orang-orang yang menentang perintah-perintah-Nya dan lebih suka mengikuti bujukan iblis. Padahal sudah jelas, anjuran dan pengaruh iblis akan mendatangkan keburukan, kecelakaan, dan penderitaan bagi orang lain maupun diri sendiri.

Sementara itu, dengan petunjuk Allah, Nabi Adam mengetahui semua yang terjadi. Beliau sangat sedih kehilangan putra yang sangat disayanginya. Habil adalah pemuda yang shalih dan selalu patuh pada perintah orang tua dan Allah. Tapi Adam yakin Habil akan masuk ke surga, tempat indah dan mulia yang disediakan untuk orang-orang beriman.

Nabi Adam menjadikan peristiwa ini sebagai contoh bagaimana iblis mempengaruhi manusia supaya melakukan kejahatan.

Nabi Adam dan Hawa hidup di bumi selama ratusan tahun. Anak-anaknya saling menikah dengan saudaranya sendiri. Selama hidupnya Nabi Adam selalu berdakwah menyampaikan ajaran Allah, kepada anak cucunya. Allah menurunkan ajaran-Nya kepada Nabi Adam dalah Sahifah, yaitu lembaran-lembaran berisi tulisan tentang hukum Allah.

Salah seorang anak Nabi Adam yang membantu tugas dakwah beliau bernama Syits. Bersama Nabi Adam, Syits mengajarkan kepada sanak keluarganya bagaimana bekerja dengan baik, hidup dengan sehat, dan membina keluarga yang bahagia.

Di kemudian hari, Syits kemudian diangkat menjadi utusan Allah. Sebenarnya nabi dan rasul utusan Allah jumlahnya jauh lebih banyak dari yang kita kenal. Nabi-nabi yang kita kenal adalah nabi-nabi yang mempunyai peran penting bagi umatnya. Nabi-nabi itulah yang namanya disebut di dalam Al-Qur'an. Jumlahnya 25 orang.

Senin, 26 April 2010

Cerita Nabi-Nabi Allah

Blog ini berisi cerita-cerita nabi yang diturunkan ke muka bumi ini sebagai utusan Allah yang bertujuan untuk mengingatkan kepada seluruh manusia tentang tauhid, bahwa yang berhak dan wajib disembah adalah Allah SWT.
Adapun cerita-cerita nabi yang akan ditampilkan dalam blog ini adalah :
Cerita Nabi Adam AS, Manusia Pertama di Dunia
Cerita Nabi Idris AS yang kutu buku
Cerita Nabi Nuh AS dan bahteranya
Cerita Nabi Hud AS dan Kaum Ad
Cerita Nabi Saleh AS dan Unta Ajaib
Cerita Nabi Ibrahim, Ayah para Nabi
Cerita Nabi Ismail AS yang selalu berkorban
Cerita Nabi Luth dan Kaum Sodom yang jahat
Cerita Nabi Ishaq, Pembawa kabar gembira
Cerita Nabi Yaqub dan Yusuf
Cerita Nabi Syuaib AS di tengah Kaum Madyan
Cerita Nabi Musa AS yang tega
Cerita Nabi Daud AS yang perkasa
Cerita Nabi Sulaiman AS dan kerajaannya
Cerita Nabi Ayyub AS yang amat sabar
Cerita Nabi Yunus AS dan Ikan Paus
Cerita Nabi Ilyas AS dan Nabi Ilyasa AS
Cerita Nabi Zakaria AS yang tak putus berdo'a
Cerita Nabi Yahya AS dan Raja Herodus
Cerita Nabi Isa AS ibnu Maryam
Cerita Nabi Muhammad SAW Manusia paling mulia

Senin, 19 April 2010

Cerita Nabi Nuh AS

NABI NUH AS DAN BAHTERANYA


Nuh adalah utusan Allah dari negeri Armenia. Beliau adalah keturunan Adam yang ke-10. Sebelumnya kaum Armenia pernah dipimpin oleh Nabi Idris. Sayang Nabi Idris tidak lama bersama mereka. Iman penduduk negeri Armenia goyah sepeninggal Nabi Idris.

Awal hilangnya iman penduduk Armenia adalah waktu mereka mulai senang membuat patung. Mereka membuat patung dari tokoh-tokoh masyarakat yang telah mati. Orang-orang merasa sedih ditinggal mati para tokoh yang sangat mereka kagumi. Dalam keadaan seperti itulah iblis mempengaruhi cara berpikir mereka.

Tak perlu sedih. Kalian bisa mengenang jasa dan kebaikan mereka dengan cara membuat patung, kata iblis membisiki hati orang-orang Armenia.

Akhirnya hati penduduk Armenia sama-sama tergerak untuk membuat patung. Setelah patung selesai dibuat, iblis melanjutkan godaannya, "Sekarang hormatilah patung-patung itu. Muliakanlah mereka."

Akhirnya patung-patung itu mulai disembah dan diberi sesaji . Iblis sering masuk ke tubuh patung-patung itu dan membuatnya seolah-olah bisa mendengar permintaan dan pemujaan penduduk Armenia. Orang-orang yang datang biasanya meminta kekayaan, kesehatan, naik pangkat dan masih banyak lagi lainnya.

Inilah peristiwa penyembahan patung yang pertama di dunia. Sekarang masih banyak orang yang melakukan hal itu. Banyak yang tidak sadar dirinya telah menjadi musyrik. Mereka menjadi hamba pengikut iblis, bukan hamba Allah lagi.

Mengerikan! Dengan menjadi hamba iblis, yang didapat pasti hanyalah petunjuk atau jalan hidup yang sesat.

Di tengah keadaan seperti itulah Nabi Nuh berdakwah untuk kaum Armenia.

"Wahai penduduk Armenia, Allah telah mengutusku untuk mengingatkan kalian. Jangan menyembah berhala karena itu akan mendatangkan bencana di dunia dan akhirat. Sembahlah Allah, Tuhan Yang Satu, "demikian Nabi Nuh berdakwah dengan lemah lembut.

"Hai Nuh! Bagaimana engkau ini? Engkau menyuruh kami meninggalkan tuhan-tuhan kami? Mereka itulah yang memberi kebahagiaan hidup, kekayaan, dan semua yang kami inginkan," bantah penduduk Armenia tidak senang. Nabi Nuh dianggap terlalu mencampuri urusan pribadi mereka.

"Mengapa kalian menyembah patung-patung itu? Bukankah itu buatan kalian sendiri?" sabda Nabi Nuh mengingatkan.

"Ya, benar. Tapi selama ini nenek moyang kami telah melakukan hal yang serupa. Kami tak mau meninggalkan tradisi nenek moyang," kata orang-orang Armenia.

"Ingatlah kaumku! Allah adalah pencipta segalanya. Dia menciptakan manusia, alam semesta, hewan-hewan, dan tanaman," sabda Nabi Nuh lagi.

"Sedangkan tuhan-tuhan kalian itu ada setelah alam dan seisinya tercipta. Benar bukan ?"

"Hai, Nuh! Jangan nasihati kami lagi," teriak salah seorang dari mereka.

"kami tahu yang terbaik untuk kehidupan kami!" teriak yang lain.

"Nuh memang gila! Ia bicara semaunya sendiri," seru yang lain lagi.

Nabi Nuh sedih melihat kaumnya sesat. Dengan sabar dan ikhlas ia berusaha menasihati kaumnya lagi.

"Wahai, kaumku. Aku telah dijadikan Allah sebagai Nabi dan Rasul untuk memberitahukan bahwa Dia akan menyiksa hamba-hamba-Nya yang durhaka dengan api neraka di akhirat kelak. Dan Allah akan menyediakan surga kepada hamba-hamba-Nya yang beriman."

"Ketahuilah, menyembah berhala merupakan perbuatan musyrik yang amat dimurkai Allah," nasihat Nabi Nuh.

"Ha...ha...ha...dasar orang gila," teriak sejumlah orang Armenia. tiba-tiba yang lain menyerang Nabi Nuh. Mereka memukuli Nabi Nuh sampai beliau pingsan. Tak ada seorang pun dari kaum Armenia yang menolong. Bahkan istri dan anak Nabi Nuh pun ikut menghina Nabi.

"Sudah ... biarkan saja. Dasar Nuh gila," kata istri Nabi Nuh sinis. Kan'an, anak Nabi Nuh lebih senang mengikuti kehendak ibunya dan penduduk Armenia yang kaya raya itu.

Betapa sedih para pengikut Nabi Nuh. Jumlah mereka sedikit. Dan kebanyakan dari kalangan orang miskin. Kaum Armenia yang berkuasa dan kaya raya suka sekali menghina mereka.

"Itulah akibat menyembah Tuhan sembahan Nuh. Hidup kalian jadi susah. Lihat kami. Semua kaya raya dan punya kekuaasaan kata para pembesar Armenia dengan sombong.

Pernah suatu kali, para penguasa dan hartawan itu mendatangi Nuh. "Hai, Nuh. Sebenarnya kami tidak suka melihat pengikut-pengikutmu yang miskin dan kotor itu. Coba ... seandainya engkau memilih orang-orang kaya untuk jadi pengikutmu, kami pasti mau mempertimbangkan ajakanmu!"

Dan apa jawab Nabi Nuh? "Ketahuilah, kaumku. Agama yang kubawa ini berlaku untuk semua orang. Yang miskin mau pun kaya," Nuh berusaha menjelaskan. "Allah tak pernah membeda-bedakan hamba-Nya."

"Kalian sangka dengan menjadi kaya, kedudukan kalian lebih baik di hadapan Allah ? Bukankah kekayaan itu yang membuat kalian sulit mengikuti perintah Allah? Lihatlah! Orang-orang miskin yang kalian hina itu justru yang rajin beribadah kepada Allah."

Kata-kata Nabi Nuh memang mengena di hati mereka. Tapi kesombongan akan kekayaan dan kekuasaan itu membuat mereka ingkar lagi. Akhirnya penduduk Armenia tetap menghina dan menyakiti Nabi Nuh dan pengikutnya.


KAPAL NABI NUH

Belum puas menyiksa orang-orang beriman, kaum Armenia mengusir Nuh dan pengikutnya. Orang-orang beriman itu mereka lempari batu. "Hai ... kalian harus meninggalkan negeri ini!" teriak orang-orang Armenia sambil melempari batu.

Karena dianiaya seperti itu, akhirnya Nabi Nuh berdo'a, "Ya Allah, aku teraniaya oleh kaumku, para penyembah berhala itu. Mereka tidak mau diajak beriman dan menyembah-Mu. Tolonglah aku dengan pertolongan yang sebaik-baiknya."

Dan Allah Maha Mendengar do'a hamba-Nya yang teraniaya.

Setelah itu malaikat Jibril datang menemui Nabi Nuh. "Wahai, Nuh, Allah mengabulkan do'amu," kata Jibril.

Jibril menyampaikan perintah Allah agar Nabi Nuh menanam sebuah pohon yang bijinya dibawa Jibril dari surga. "Biji iniakan tumbuh menjadi pohon raksasa. Sebelumnya belum pernah ada pohon seperti itu di dunia."

Nabi Nuh amat bersyukur atas pemberian Allah. Beliau segera menanam biji pemberian Jibril.

Bertahun-tahun kemudian, pohon itu tumbuh tinggi dan besar. Orang-orang takjub melihat ukuran pohon itu, dan selama pohon itu tumbuh, tak ada bayi lahir di Armenia.

Itu juga karena do'a Nabi Nuh kepada Allah, "Ya Allah, jangan Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tertinggal di atas bumi. Jika Engkau biarkan ada yang tertinggal mereka hanya akan melahirkan anak yang suka berbuat maksiat dan sangat kufur."

Tak lama setelah itu Jibril datang lagi. "Assalamu'alaikum, wahai Nuh."

"Wa'alaikumussalam, Jibril. Apakah engkau membawa perintah Allah untukku?"

Rupanya kali ini turun lagi perintah Allah bagi Nabi Nuh. Beliau bersama pengikutnya harus membuat kapal dengan kayu dari pohon raksasa yang telah ditanamnya.

Nabi Nuh segera mengumpulkan pengikutnya yang setia. Beliau menyampaikan wahyu Allah yang baru saja diterimanya. Sabda Nabi Nuh, kapal inilah yang nantinya akan menyelamatkan mereka dari azab Allah.

"Bagaimana cara membuat kapal? Bentuknya saja kami belum pernah tahu," kata pengikut Nabi Nuh cemas.

"Tenanglah. Allah akan memberikan petunjuk-Nya kepada kita," sabda Nabi Nuh.

Setelah itu, Nabi Nuh dan para pengikutnya bekerja keras membuat kapal. Mula-mula mereka menebang pohon raksasa itu lalu membuat bilah-bilah papan untuk dinding dan lantai kapal. Sementara mereka bekerja, para penduduk Armenia tak hernti-hentinya mengejek mereka.

"He ... lihat! Orang-orang dungu itu sedang membuat apa?" teriak seorang Armenia dengan nada menghina.

"Ha ... ha ... ha ... katanya membuat kapal!" sambung yang lain.

"Membuat kapal? Di sini tidak ada laut. Sungai pun tak ada. Aneh sekali, kan?" kata yang lain lagi.

Nabi Nuh berusaha membalas ejekan mereka. "Sekarang kalian menghina kami. Tunggulah saatnya nanti, kamilah yang akan mengejek kalian. Siksaan Allah akan segera tiba!"

Walau diingatkan akan siksa Allah, penduduk Armenia bukannya takut. Tingkah laku mereka semakin menjadi-jadi.

"Hai, Nuh! Datangkanlah kepada kami azab yang engkau sebutkan itu."

Mereka bahkan melempari kapal Nabi Nuh dengan kotoran. Para pengikut Nabi Nuh menjadi sedih. Siapa yang harus membersihkan kotoran yang najis itu?

Dengan takdir Allah, seorang penduduk Armenia yang cacat terjatuh ke dalam kapal yang penuh najis itu. Orang itu pincang dan tubuhnya penuh borok. Tapi waktu keluar dari kapal, mendadak semua borok di tubuhnya lenyap. Kulitnya jadi mulus dan wajahnya tampak muda. Kakinya yang cacat pun bisa dipakai berjalan dengan normal.

Penduduk Armenia gempar. Mereka mendengar peristiwa ajaib itu. Kotoran di dalam kapal bisa menyembuhkan penyakit! Akhirnya mereka beramai-ramai menyerbu kapal Nabi Nuh. Mereka masuk ke dalamnya, berkubang dan meluluri badan dengan kotoran yang mereka buang sendiri ke kapal itu.

Dalam sekejap kapal Nabi Nuh bersih lagi. Nabi Nuh dan pengikutnya tertawa melihat tingkah laku orang-orang Armenia itu. Orang-orang jahat itu menyembuhkan penyakitnya dengan barang najis!

Hal ini tak akan dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Manusia beriman hanya akan berobat dengan barang-barang yang baik. Nuh dan pengikutnya tak lupa memanjatkan rasa syukur yang dalam atas mukjizat Allah itu.



AZAB ALLAH YANG DINANTI

Begitu kapal sudah bersih, Allah memerintahkan Nabi Nuh mengumpulkan seluruh pengikutnya. Mereka juga diperintahkan membawa semua jenis binatang masing-masing sepasang. Selain itu mereka juga membawa bekal makanan lengkap. "Ayo, cepat naik ke kapal. Semuanya naik! Azab Allah akan segera tiba," demikian Nabi Nuh memberitahu pengikutnya. Semua orang bergegas naik ke kapal.

Sementara itu penduduk Armenia terus menyebut Nuh gila." Lihat, lihat, mereka naik kapal. Mau berlayar ke mana di padang luas seperti ini? Ha ... ha ... ha ...," teriak orang-orang Armenia sambil tertawa keras.

Mereka tidak sadar bahwa langit mendadak gelap. Awan hitam bergulung-gulung di langit, angin bertiup kencang menderu-deru dan petir menggelegar. Seram sekali! Tak lama kemudian hujan lebat turun. Dari tanah bermunculan mata air yang dengan deras memancarkan air.

Dalam sekejap air menggenangi bumi. Dan terus naik ke segala penjuru.

Penduduk Armenia kaget melihat peristiwa itu. Dengan panik dan ketakutan mereka berlarian ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri dan harta bendanya. "Tolooong ... ada banjir. Tolooong ... tolooong ...," di mana-mana terdengar jeritan panik orang Armenia.

Sementara itu, di atas kapal, Nabi Nuh dan para pengikutnya menadahkan tangan pada Allah. Semua berzikir dan bertasbih memuji kebesaran Allah. Mereka amat bersyukur karena dengan petunjuk-Nya mereka bisa menjadi orang beriman dan diselamatkan dari azab-Nya.

Kapal Nabi Nuh mulai bergerak karena air semakin tinggi. Seisi kapal berdo'a bersama.


Bismillahi majriiha wa mursaaha. Inna robbi la ghofuururrohiim. (Q.S. Hud: 41)

"Dengan nama Allah di waktu berangkat dan berlabuhnya. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Setelah itu kapal Nabi Nuh meluncur dengan tenang di tengah banjir besar yang melanda negeri Armenia.

Doa Nabi Nuh di atas kapal itu sampai sekarang masih selalu diucapkan setiap muslim naik kendaraan. Do'a yang diucapkan Nabi memang mempunyai kekuatan luar biasa. Allah selalu mengabulkan do'a para Nabi. Oleh karena itu setiap muslim diharuskan meniru cara Nabi berdo'a.


KAN'AN, ANAK YANG DURHAKA

Hujan deras terus mengucur dari langit. Pagi, siang, malam tak henti-hentinya. Gelombang besar menghantam rumah-rumah dan pucuk-pucuk pohon. Penduduk negeri Armenia telah banyak yang mati ditelan banjir. Sebagian laiinya masih berjuang menyelamatkan diri. Mereka berusaha naik ke atap rumah yang paling tinngi. Banyak juga yang naik ke pucuk-pucuk pohon. Teriakan minta tolong dari orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri terdengar bersahut-sahutan. Lama-lama teriakan itu makin lemah.

Nabi Nuh dan pengikutnya menyaksikan semua peristiwa yang berlangsung di sekitarnya dengan ngeri. Tiba-tiba Nabi Nuh melihat Kan'an - anaknya, sedang terengah-engah berenang menyelamatkan diri. Beliau berteriak-teriak memanggil. "Kan'an! Kan'an, anakku. Ikutlah Ayah naik kapal ini. Jangan ingkari lagi. Jangan engkau ikuti orang-orang kafir itu!"

Nabi Nuh memanggil-manggil anaknya dengan sedih. Beliau iba melihat anaknya timbul tenggelam dihempas gelombang. Tapi ternyata Kan'an malah berkata dengan sombong, "Aku mau ke puncak gunung. di sana aku akan selamat dari bahaya banjir !"

Nabi Nuh sangat sedih. Beliau tahu, hari itu tak akan ada orang yang mampu menghindarkan diri dari azab Allah kecuali orang-orang beriman yang berada bersama Nuh.

Tak lama kemudian Nabi Nuh menyaksikan sendiri bagaimana anak yang dicintainya itu lenyap ditelan air. Sambil menangis Nabi Nuh berdo'a, "Ya Allah, Kan'an itu anakku, anggota keluargaku."

Tapi Allah berfirman, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukan keluargamu yang dijanjikan akan diselamatkan. Perbuatannya tidak baik, Karena itu janganlah memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui ..."

Nabi Nuh segera menginsyafi kesalahannnya. Ia segera memohon ampun kepada Allah. Nabi Nuh ingat, Allah hanya akan menolong orang yang beriman. Jadi siapa saja yang sesat, apakan itu putra Nabi atau bahkan istri Nabi, ia akan mendapat azab Allah. Di dunia maupun di akhirat.

Ketika tak ada lagi yang tersisa dari negeri Armenia, Allah pun berfirman. "Hai, bumi. Telanlah airmu. Hai hujan, berhentilah!"

Maha hujan pun mulai berhenti. Awan mendadak cerah. Matahari bersinar. Dengan cepat air ditelan bumi. Permukaan air makin rendah.

Waktu banjir benar-benar surut, Allah memerintahkan Nabi Nuh beserta pengikutnya meninggalkan kapal dan memulai hidup baru di daratan. Mereka semua bersuka cita dan bersyukur karena diselamatkan Allah dari azab yang sangat mengerikan.

Allah pun berfirman, "Hai Nuh, turunlah dari kapal dengan selamat sejahtera, penuh keberkahan dari Kami atas engkau dan orang-orang yang bersamamu ..."

Saat itu konon bertepatan dengan tanggal 10 Muharam. Mereka mengadakan syukuran, memasak hidangan lezat untuk dinikmati bersama.

Tak lama setelah itu Nabi Nuh dan para pengikutnya mulai membangun perkampungan baru. Mereka hidup senang dan tenteram karena semua orang beriman kepada Allah. Setelah itu lahirlah anak-anak yang saleh dan patuh kepada peraturan Allah dan orangtuanya.

Tahun demi tahun pengikut Nabi Nuh bertambah dengan cepat. Banyak dari mereka yang merantau meninggalkan tempat itu. Anak-anak Nabi Nuh sendiri ada yang pindah ke tempat yang sekarang menjadi daratan Afrika dan Eropa. Mereka menempati benua itu dan menurunkan anak cucu di sana.

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya selama 950 tahun.

Sabtu, 17 April 2010

Cerita Nabi Muhammad SAW.

NABI MUHAMMAD SAW, MANUSIA PALING MULIA

Inilah Nabi yang paling 'dekat' dengan kehidupan kita. Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir. Beliau lahir sekitar 1400 tahun lalu. Tepatnya pada 12 Rabiul Awal 570 Masehi. Beliau wafat pada usia 63 tahun.

Kita memang tidak pernah melihat beliau, karena sangat lebarnya rentang waktu antara beliau wafat dengan kehidupan kita sekarang. Biasanya, kita hanya mengenang-ngenangkan sepintas lalu saja kehidupan orang yang sudah lama meninggal. Bahkan tidak jarang kita melupakan begitu saja tokoh atau orang terkenal yang baru meninggal beberapa tahun yang lalu.

Namun mengapa tidak dengan Nabi Muhammad SAW? Nama Rasulullah selalu hadir di hati kita. Kita membicarakannya seperti anggota keluarga sendiri. Seringkali rasa cinta kita kepada Rasulullah melebihi cinta kita pada orang yang paling kita cintai. Beliaulah yang mengajarkan akhlak yang mulia dan budi perangai luhur yang kita warisi hingga saat ini.

Itulah tanda kekuasaan Allah bagi kita. Itu juga tanda rahmat Allah bagi beliau.

Allah memerintahkan kita untuk selalu mendo'akannya setiap shalat. Sekurang-kurangnya sembilan kali sehari, yaitu saat kita membaca sholawat pada sholat wajib. Belum lagi bila ada sholat sunah. Juga kalau kita sering-sering bersholawat di luar waktu sholat.

Betapa mulia kedudukan Nabi Muhammad SAW. Beliau tak pernah berhenti dicintai oleh seluruh umat Islam di dunia ini. Sejak beliau hidup sampai detik ini.

Bila ada yang berani menyangsikan atau menghinanya, sudah pasti umat islam di seluruh dunia akan tersinggung. Pokoknya kedudukan Nabi Muhammad SAW melebihi orang tua sendiri, presiden, atau tokoh dan artis paling terkenal di dunia.

Bila orang pergi ke tanah suci, untuk umroh atau pun haji, mereka dapat membayangkan kehidupan Nabi Muhammad SAW di zaman dulu. Meski bayangan itu hanya sedikit, para jamaah haji dan umroh biasanya akan menangis terharu sambil mengenang-ngenangkan berbagai kejadian penting pada zaman Nabi. Pengalaman nyata umat Islam pada masa-masa awal penyebaran Islam seakan-akan menjelma kembali di hadapan peninggalan para pendahulu Islam.

Kenangan itu seringkali melebar; bukan hanya pada kehidupan pribadi mulia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW, tetapi juga pada kehidupan para pengikut beliau. Kita tahu, para pengikut Nabi pada masa-masa awal penyebaran Islam sering dijuluki para sahabat. Di bawah kepemimpinan Nabi, mereka membangun kehidupan berdasarkan ajaran Islam yang kemudian menjadi cikal-bakal lahirnya masyarakat Islam di seluruh dunia.

Para pengikut Nabi Muhammad SAW pada waktu itu adalah orang-orang yang dimuliakan Allah. Mereka terus-menerus menolong Nabi menyiarkan Islam. Mereka tak peduli pada harta benda dan keselamatan mereka.

Perjuangan para pengikut dan sahabat Nabi ini tak ada bandingannya hingga saat ini. Contoh sederhana adalah soal infak. Bagaimana bila pada masa sekarang ini ada orang kaya yang diminta menginfakkan hartanya di jalan Allah? Banyak di antara mereka yang hanya bersedia memberi sedikit, namun setelah itu ia merasa telah memberi banyak.

Pada zaman Nabi dulu, para sahabat menyumbangkan hartanya untuk kepentingan dakwah Islam sebanyak 25% atau 50% atau bahkan lebih banyak. Belum lagi menyangkut nyawa sendiri. Tak jarang dalam sebuah keluarga, ada anak dan orang tua mati bersama dalam membela Islam.

Dengan begitu kita bisa melihat betapa jauh bedanya mutu iman para sahabat dengan kita sekarang ini. Allah menganjurkan kita untuk rajin mendo'akan para sahabat dan keluarga Nabi. Perjuangan mereka yang gigih telah membuat Islam tegak di muka bumi. Dengan mendo'akannya kita pun akan banyak mengingat dan mencontoh kehidupan mereka.

ASAL USUL YANG TERHORMAT
Nabi Muhammad adalah keturunan keluarga bangsawan Arab yang kaya dan terhormat. Nenek moyangnya adalah orang-orang penting di Mekah. Mereka selalu menjadi pemimpin kaumnya dan menjadi panutan.

Orang Arab hidup secara bersuku-suku. Nabi beserta nenek moyangnya berasal dari suku Arab terkemuka, yaitu suku Quraisy. Mereka berdiam di Mekah dan sekitarnya.

Kakek Nabi bernama Abdul Mutholib. Beliau adalah seorang pejabat tinggi kaum Quraisy yang mempunyai tugas mengurus Ka'bah dan para jamaah yang datang dari segala penjuru dunia. Meskipun belum ada ibadah haji seperti sekarang ini, Ka'bah sejak zaman Nabi Ibrahim sudah menjadi pusah ibadah.

Abdul Mutholib mempunyai mempunyai 16 anak. Salah seorang di antaranya bernama Abdullah. Abdul Muthalib sangat menyayanginya. Bahkan semua sanak saudara dan masyarakat menyukai pemuda itu. Selain tampan cerdas, Abdullah memiliki akhlak yang paling baik. Abdullah juga dikenal sebagai anak yang paling berbakti kepada kedua orangtuanya.

Ketika sudah dewasa, banyak orang tua yang ingin mengambil Abdullah sebagai menantu. Akhirnya Abdul Muthalib memilih putri dari Wahab bin Abdu Manaf. Wahab juga berasal dari keluarga kaya dan terhormat. Putri Wahab adalah seorang gadis yang cantik dan lembut hati. Namanya Aminah. Semua orang merasa bahagia dengan rencana perkawinan mereka.

Maka menikahlah keduanya denga pesta yang meriah. Hampir semua tokoh penting Mekah hadir pada pesta itu. Setelah itu keduanya hidup bahagia, saling mencintai dan menghormati. Aminah selalu bersikap lembut dan menyenangkan pada suaminya. Sebaliknya Abdullah selalu melindungi dan penuh kasih sayang pada istrinya.

Beberapa bulan kemudian Aminah mengandung. Pasangan ini semakin bahagia. Mereka amat berharap, bagi mereka akan menjadi anak yang mulia dan bisa dibanggakan. Ketika kandungan Aminah berumur sekitar enam bulan, Abdullah minta izin istrinya untuk melakukan perjalanan dagang ke luar kota.

"Selamat tinggal istriku," Abdullah dengan tutur kata lembut berpamitan pada Aminah. Matanya terus menatap istrinya yang sedang mengandung anaknya itu.

Rupanya itulah perpisahan Abdullah dengan Aminah untuk selamanya. Ia tak bisa melihat anaknya yang akan lahir. Diperjalanan Abdullah menderita sakit payah. Akhirnya ia meninggal dan dimakamkan di Madinah. Waktu itu usia Abdullah 25 tahun.

Bisa dibayangkan kesedihan Aminah saat mendengar kematian suaminya. Begitu juga Abdul Muthalib. Ia amat berduka kehilangan anak kesayangannya.

Orangtua ini juga merasa iba pada menantunya, apalagi ia akan segera melahirkan cucunya. Karena itu Abdul Muthalib

Jumat, 16 April 2010

Bakti Sosial






Bakti sosial diadakan berbarengan dengan acara pembagian raport untuk seluruh siswa di Madrasah Irsyadus Sariy 1

Pelatihan BCM (Bermain Cerita Menyanyi) untuk Ustadz dan Ustadzah












Pada tanggal 3 Januari 2010 Madrasah Irsyadus Sariy bekerja sama dengan PPG Banten mengadakan Pelatihan kepada Guru-guru Madrasah yang ada di Banten (Cilegon, Serang, Lebak, Pandeglang dan Tangerang) di Aula Masjid Al-Musawwa - Kramatwatu Serang.
dengan mengundang sekitar 300 guru. acara berlangsung selama satu hari penuh. dengan diisi oleh pemateri-pemateri yang memang ahli dibidangnya.