Selasa, 27 April 2010

Cerita Nabi Hud AS

NABI HUD AS DAN KAUM AD

Hud adalah putra Sam bin Nuh. Jadi beliau adalah cucu Nabi Nuh. Nabi Hud diturunkan Allah untuk berdakwah di kalangan kaum Ad di negeri Ahqaf. Negeri ini terletak di antara Yaman dan Oman. Sebenarnya kaum Ad merupakan anak keturunan Nabi Nuh. Tapi mereka tak sempat mendapat pengajaran dari beliau secara langsung.

Waktu Hud diangkat menjadi utusan Allah, kaum Ad sudah menjadi bangsa yang tak mengenal agama. Kehidupan Nabi Nuh dan kaumnya yang beriman kepada Allah tidak ada lagi dalam kehidupan mereka.

Kaum Ad adalah bangsa penyembah berhala. Mereka tak mengenal Allah, Tuhan Yang Satu, yang menciptakan langit dan bumi seisinya. Karena tidak menyembah Allah, orang pasti akan menyembah yang lain. Dan Kaum Ad memang menyembah patung-patung buatan mereka sendiri.

Lagi-lagi iblis merasuk ke dalam berhala itu. Iblis dan anak cucunya bertingkah laku seolah berhala tempat mereka bersarang bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan bagi para penyembahnya. Kalau tidak ada orang datang menyembah dan menyediakan sesaji, iblis membuat perasaan orang tidak tenang dan selalu was-was.

Waktu kaum Ad minta tolong iblis agar usahanya berhasil, maka iblis pun benar-benar melaksanakannya. Syaratnya adalah mereka tidak boleh menyembah Allah. Iblis juga memerintahkan mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang agama.

Akhirnya kemusyrikan merajalela di mana-mana. Baik di kalangan penguasa, pejabat, ornag-orang kaya dan bahkan rakyat biasa. Hampir semua berbuat musyrik.

Sepintas lalu kaum Ad kelihatan sebagai bangsa yang maju. Mereka hidup makmur. Di mana-mana tampak rumah-rumah dan bangunan mewah nan indah. Tubuh mereka tegap dan gagah. Wajahnya tampan. Sedang para perempuannya berwajah cantik.

Karena merasa memiliki semua yang dinginkan, kaum Ad menjadi sombong dan takabur. Pada saat seperti inilah Allah menurunkan Nabi Hud. Beliau berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Perilakunya terkenal sangat terpuji. Beliau adalah orang yang penyayang kepada sesama. Karena itu diharapkan kaum Ad mau mendengar ajarannya.

Dan Allah mengutus Jibril untuk menyampaikan ajaran-Nya kepada Nabi Hud. Mula-mula setiap makhluk hidup harus mengenal Penciptanya, yaitu Allah yang menguasai kehidupan di langit dan di bumi. Oleh karena itu hanya Allah yang boleh disembah dan diikuti aturan-aturan-Nya.

Selain itu Nabi Hud mengingatkan kaum Ad bahwa selama ini mereka telah salah langkah. Kaum Ad telah menyembah berhala dan terbiasa mengikuti hawa nafsunya; aturan-aturan agama sama sekali tidak diperhatikan.

"Semua yang kalian lakukan adalah kemusyrikan," Nabi Hud mengingatkan. "Perbuatan musyrik adalah dosa besar yang tak terampuni," kata beliau.

Tapi orang-orang musyrik itu sulit dinasehati. Hati mereka sudah dikotori oleh angan-angan dan pikiran mereka sendiri. Angan-angan bahwa berhala yang mereka sembah adalah tuhan yang sesungguhnya. Mereka menganggap aturan-aturan hidup yang mereka buat sendiri itulah yang paling benar dan menjadi adat istiadat walaupun bertentangan dengan aturan agama. Orang-orang musyrik tetap tidak perduli.

Kepada kaum Ad, Nabi Hud pun mengingatkan bahwa patung-patung sesembahan mereka itu bukan Tuhan. Patung itu tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi kaum Ad tersinggung karena diperingatkan. Mereka menuduh utusan Allah itu hendak mencari popularitas lewat kegiatan dakwahya.

"Wahai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu," sabda Nabi Hud. "Aku sudah merasa cukup dengan karunia yang diberikan Allah," sabda Nabi yang berasal dari keluarga kaya itu.

"Kalian harus pandai mensyukuri semua karunia Allah untuk negeri kita ini. Negeri Ahqaf menjadi subur, kaya dengan hasil bumi semata-mata karena karunia Allah untuk kita," sabda Nabi Hud menjelaskan.

"Nah, cara kita berbakti kepada Allah adalah dengan menyembah, mengikuti semua perintah dan menjauhi larangan-Nya."

Mendengar itu, kaum Ad heran karena keberanian Nabi Hud menentang tradisi nenek moyang. "Hud, apakah engkau tidak takut mendapat kutukan? Berani engkau menghina sesembahan kami!" kata salah seorang pemuka kaum Ad.

"Engkau memang sudah gila. Yang kami lakukan itu sudah menjadi tradisi. Waktu panen, kami mempersembahkan sesaji. Pada acara perkawinan, kami melakukan berbagai upacara adat. Waktu anak kami lahir, kami membuat selamatan. Kenapa engkau berniat menghilangkan itu semua?" kata yang lain dengan marah.

"Perbuatan kalian itu sesat. Coba kalau kalian mengenal Allah, Tuhan yang sesungguhnya. Dengan menyembah Allah, kalian akan menyadari kelemahan kalian sebagai manusia," sabda Nabi Hud.

"Hai, Hud. Kami ini bukan kaum yang lemah! Kami dari kalangan orang kaya. Kami pandai bekerja dan semua kekayaan itu adalah hasil jerih payah kami," kata seorang pembesar negeri Ahqaf.

Nabi Hud berusaha mengingatkan mereka dengan peristiwa yang terjadi pada kaum Nabi Nuh. "Kaum Nuh dimusnahkan dengan banjir besar karena mengingkari kekuasaan Allah. Mereka sombong dan takabur, suka berlaku keji, seolah-olah merekalah yang paling berkuasa di muka bumi ini," sabda Nabi Hud.

"Kami tidak percaya pada ceritamu. Engkau mau menakut-nakuti kami dengan siksaan Tuhanmu?" kata kaum Ad sinis.

"Baiklah, kaumku. Sudah puluhan tahun aku menyampaikan dakwahku dan kalian tetap tidak mau beriman kepada Allah. Sekarang aku serahkan kembali urusan ini kepada Allah," sabda Nabi Hud. Beliau tampak sedih melihat perbuatan kaumnya yang melewati batas.

Selama Nabi Hud berdakwah, hanya ada beberapa orang yang mau beriman kepada Allah. Yang lain memilih hidup dengan caranya sendiri yang tidak sesuai dengan aturan-aturan Allah.

BALASAN DARI ALLAH
Nabi Hud yakin Allah akan mendengar permohonannya.
Allah melihat perlawanan kaum Ad kepada utusan-Nya. Dan Allah tak akan membiarkan hamba-Nya yang saleh menjadi korban kezaliman orang-orang yang tidak beriman.

Tak lama kemudian Allah memberitahu Nabi Hud bahwa Dia akan menurunkan azab yang pedih atas para musyrik. Nabi Hud dan para pengikutnya diperintahkan berlindung ke sebuah tempat yang aman supaya tidak turut tertimpa bencana.

Setelah itu tibalah permulaan azab. Negeri Ahqaf mengalami musim kering yang panjang. Tanah menjadi gersang karena hujan tidak turun. Sungai-sungai pun kering. Akibatnya tidak ada hasil panen sama sekali. Penduduk negeri Ahqaf mulai cemas.

Dalamm keadaan seperti itu, sekali lagi Nabi Hud berusaha mengingatkan mereka agar mau beriman. Tapi kaum Ad tetap tidak peduli. Mereka justru memohon kepada berhala mereka agar diselamatkan dari bencana yang berat itu.

Ketika itu muncullah awan hitam di langit. Kaum Ad bergembira ria. Mereka menganggap permohonannya dikabulkan para berhala. Mereka menyangka akan ada hujan deras. Dengan begitu tanah mereka akan subur kembali.

Sebenarnya awan hitam itu diturunkan Allah sebagai azab susulan bagi kaum Ad. Awan hitam itu membawa angin topan yang akan menghancurkan negeri Ahqaf.

Waktu awan awan hitam mulai bergerak ke tengah negeri, kaum Ad makin gembira. Mereka menantikan hujan yang diharap-harap, sementara Nabi Hud dan pengikutnya bergegas meninggalkan tempat itu. Mereka berdo'a bersama, memohon perlindungan Allah dari bencana hebat yang dijanjikan Allah.

Tiba-tiba gulungan awan hitam di angkasa menukik ke bawah dan menyambar semua yang ada dengan dahsyat. Kaum Ad bukan main paniknya. Mereka berlarian ke sana ke mari, tak tentu arah.

"Toloong ... tolooong ... ampuun ...!" Terdengar jerit dan teriakan minta tolong dari segala penjuru. Tapi terlambat.

Rumah-rumah mewah, tanaman-tanaman kering dan para penduduk negeri Ahqaf yang berkumpul di luar rumah, semua tersapu bersih. Semua benda yang terkena sambaran angin itu hancur tanpa bekas. Allah berfirman dalam Qur'an, Surah Adz-Dzariyat, ayat 41 :
"...Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan suatu pun yang dilandanya melainkan dijadikannya seperti serbuk."

Angin topan itu berlangsung selama tujuh hari.
Bayangkan, bangunan-bangunan yang kokoh, para penduduk Ahqaf yang berbadan gagah dan tegap, berhala-berhala yang mereka sembah, dalam sekejap musnah menjadi abu.

Waktu angin topan itu berhenti, negeri Ahqaf berubah menjadi gurun yang luas. Tak ada suatu benda pun yang tersisa di atasnya.

Waktu itulah Nabi Hud dan para pengikutnya yang sedikit muncul dari persembunyian. Mereka amat bersyukur kepada Allah karena telah diselamatkan dari bencana dahsyat.

Setelah peristiwa itu, Nabi Hud dan kaumnya mulai hidup baru dengan keimanan kepada Allah yang lebih kuat dibanding waktu-waktu sebelumnya. (tamat)

Tidak ada komentar: