Minggu, 28 Juli 2013

Cerita Nabi Shalih AS

NABI SHALIH AS DAN UNTA AJAIB

          Nabi Shalih hidup di tengah-tengah kaum Tsamud yang tinggal di negeri Hijir di tanah Arab. Di tempat itu dulu hidup kaum Ad, kaum Nabi Hud yang durhaka kepada Allah.
          Negeri Hijir yang semula bernama Ahqaf itu hancur lebur disapu angin topan. Pelan-pelan, kaum Tsamud berusaha membangunnya kembali.
          Karena mereka bekerja dengan gigih, Allah memberikan kemakmuran dan kekayaan melimpah. Negeri Hijir terkenal dengan istana-istananya yang indah. Rumah-rumah yang cantik berdiri di lereng-lereng gunung. Allah memberikan kesuburan bagi bumi Hijir sehingga tanaman menghasilkan panen melimpah dan ternak berkembang biak dalam jumlah yang amat banyak. Penduduk negeri Hijir hidup tanpa kekurangan.
          Dalam keadaan seperti itu, seharusnya mereka mensyukuri karunia Allah. Mereka diberi kecerdasan sehingga mampu membangun rumah dan istana yang indah dan megah. Sayang, mereka justru ingkar terhadap nikmat Allah. Kaum Tsamud tidak mau menyembah Allah juga tidak mau bersyukur kepada Allah, Sang Pemberi Rizki.
          Penduduk negeri Hijir menganggap bahwa keberhasilan membangun negeri dan kekayaan yang mereka dapatkan adalah hasil usaha sendiri. "Allah tidak memberi apa-apa," kata mereka.
          Tapi sebagai manusia, mereka membutuhkan sesuatu  yang disembah. Akhirnya mereka mulai menyembah berhala-berhala buatan mereka sendiri. Sama seperti yang dilakukan kaum Ad, yang dulu juga tinggal di tempat itu.

PEMUDA MISKIN YANG SHALEH
          Di sebuah kampung di Negeri Hijir, hidup sebuah keluarga miskin yang sederhana. Di rumah itu tinggal seorang pemuda yang santun dan rajin beribadah. Ia bernama Shalih. Walau miskin, Shalih terkenal cerdas dan berakhlak mulia.
          Waktu sudah dewasa, ia diangkat Allah sebagi Nabi bagi kaum Tsamud. Nabi Shalih sedih memikirkan keadaan kaum Tsamud yang suka menyembah berhala. Ia heran, bagaimana mungkin orang-orang yang kelihatannya pandai dan kaya itu menyembah patung?
          "Wahai kaum Tsamud, apakah kalian tidak takut kepada Allah, Tuhan yang menciptakan kalian semua? Apakah tidak kalian pikirkan, kedurhakaan kalian kepada Allah karena lebih suka menyembah tuhan-tuhan lain?" tanya Nabi Shalih.
          "Siapa Allah itu? Kami tidak mau menyembah Tuhan yang tidak bisa kami lihat," bantah kaum Tsamud.
          "Kami mewarisi tradisi nenek moyang kami," kata seorang pejabat negeri Hijir.
          "Meskipun kalian sudah menganggapnya sebagai tradisi. Tapi sesungguhnya menyekutukan Allah itu perbuatan musyrik. Kalian anggap ada makhluk-makhluk yang bisa disembah," sabda Nabi Shalih sabar.
          "Hai, Shalih! Engkau ini benar-benar tidak tahu diri. Engkau ini orang miskin, tidak punya apa-apa. Berani betul menghina kami," kata orang-orang kaya negeri Hijir.
          Nabi Shalih tidak bersedih dihina kaum Tsamud. Yang membuat beliau sedih adalah karena kaum Tsamud kafir kepada Allah. Walaupun begitu, Nabi Shalih tetap berdakwah kepada penduduk negeri Hijir. Beliau menjelaskan bahwa dirinya benar-benar utusan Allah dan bahwa dengan menyembah Allah, kaum Tsamud akan mendapat kehidupan yang menyenangkan baik di dunia maupun di akhirat.