Sabtu, 17 April 2010

Cerita Nabi Muhammad SAW.

NABI MUHAMMAD SAW, MANUSIA PALING MULIA

Inilah Nabi yang paling 'dekat' dengan kehidupan kita. Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir. Beliau lahir sekitar 1400 tahun lalu. Tepatnya pada 12 Rabiul Awal 570 Masehi. Beliau wafat pada usia 63 tahun.

Kita memang tidak pernah melihat beliau, karena sangat lebarnya rentang waktu antara beliau wafat dengan kehidupan kita sekarang. Biasanya, kita hanya mengenang-ngenangkan sepintas lalu saja kehidupan orang yang sudah lama meninggal. Bahkan tidak jarang kita melupakan begitu saja tokoh atau orang terkenal yang baru meninggal beberapa tahun yang lalu.

Namun mengapa tidak dengan Nabi Muhammad SAW? Nama Rasulullah selalu hadir di hati kita. Kita membicarakannya seperti anggota keluarga sendiri. Seringkali rasa cinta kita kepada Rasulullah melebihi cinta kita pada orang yang paling kita cintai. Beliaulah yang mengajarkan akhlak yang mulia dan budi perangai luhur yang kita warisi hingga saat ini.

Itulah tanda kekuasaan Allah bagi kita. Itu juga tanda rahmat Allah bagi beliau.

Allah memerintahkan kita untuk selalu mendo'akannya setiap shalat. Sekurang-kurangnya sembilan kali sehari, yaitu saat kita membaca sholawat pada sholat wajib. Belum lagi bila ada sholat sunah. Juga kalau kita sering-sering bersholawat di luar waktu sholat.

Betapa mulia kedudukan Nabi Muhammad SAW. Beliau tak pernah berhenti dicintai oleh seluruh umat Islam di dunia ini. Sejak beliau hidup sampai detik ini.

Bila ada yang berani menyangsikan atau menghinanya, sudah pasti umat islam di seluruh dunia akan tersinggung. Pokoknya kedudukan Nabi Muhammad SAW melebihi orang tua sendiri, presiden, atau tokoh dan artis paling terkenal di dunia.

Bila orang pergi ke tanah suci, untuk umroh atau pun haji, mereka dapat membayangkan kehidupan Nabi Muhammad SAW di zaman dulu. Meski bayangan itu hanya sedikit, para jamaah haji dan umroh biasanya akan menangis terharu sambil mengenang-ngenangkan berbagai kejadian penting pada zaman Nabi. Pengalaman nyata umat Islam pada masa-masa awal penyebaran Islam seakan-akan menjelma kembali di hadapan peninggalan para pendahulu Islam.

Kenangan itu seringkali melebar; bukan hanya pada kehidupan pribadi mulia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW, tetapi juga pada kehidupan para pengikut beliau. Kita tahu, para pengikut Nabi pada masa-masa awal penyebaran Islam sering dijuluki para sahabat. Di bawah kepemimpinan Nabi, mereka membangun kehidupan berdasarkan ajaran Islam yang kemudian menjadi cikal-bakal lahirnya masyarakat Islam di seluruh dunia.

Para pengikut Nabi Muhammad SAW pada waktu itu adalah orang-orang yang dimuliakan Allah. Mereka terus-menerus menolong Nabi menyiarkan Islam. Mereka tak peduli pada harta benda dan keselamatan mereka.

Perjuangan para pengikut dan sahabat Nabi ini tak ada bandingannya hingga saat ini. Contoh sederhana adalah soal infak. Bagaimana bila pada masa sekarang ini ada orang kaya yang diminta menginfakkan hartanya di jalan Allah? Banyak di antara mereka yang hanya bersedia memberi sedikit, namun setelah itu ia merasa telah memberi banyak.

Pada zaman Nabi dulu, para sahabat menyumbangkan hartanya untuk kepentingan dakwah Islam sebanyak 25% atau 50% atau bahkan lebih banyak. Belum lagi menyangkut nyawa sendiri. Tak jarang dalam sebuah keluarga, ada anak dan orang tua mati bersama dalam membela Islam.

Dengan begitu kita bisa melihat betapa jauh bedanya mutu iman para sahabat dengan kita sekarang ini. Allah menganjurkan kita untuk rajin mendo'akan para sahabat dan keluarga Nabi. Perjuangan mereka yang gigih telah membuat Islam tegak di muka bumi. Dengan mendo'akannya kita pun akan banyak mengingat dan mencontoh kehidupan mereka.

ASAL USUL YANG TERHORMAT
Nabi Muhammad adalah keturunan keluarga bangsawan Arab yang kaya dan terhormat. Nenek moyangnya adalah orang-orang penting di Mekah. Mereka selalu menjadi pemimpin kaumnya dan menjadi panutan.

Orang Arab hidup secara bersuku-suku. Nabi beserta nenek moyangnya berasal dari suku Arab terkemuka, yaitu suku Quraisy. Mereka berdiam di Mekah dan sekitarnya.

Kakek Nabi bernama Abdul Mutholib. Beliau adalah seorang pejabat tinggi kaum Quraisy yang mempunyai tugas mengurus Ka'bah dan para jamaah yang datang dari segala penjuru dunia. Meskipun belum ada ibadah haji seperti sekarang ini, Ka'bah sejak zaman Nabi Ibrahim sudah menjadi pusah ibadah.

Abdul Mutholib mempunyai mempunyai 16 anak. Salah seorang di antaranya bernama Abdullah. Abdul Muthalib sangat menyayanginya. Bahkan semua sanak saudara dan masyarakat menyukai pemuda itu. Selain tampan cerdas, Abdullah memiliki akhlak yang paling baik. Abdullah juga dikenal sebagai anak yang paling berbakti kepada kedua orangtuanya.

Ketika sudah dewasa, banyak orang tua yang ingin mengambil Abdullah sebagai menantu. Akhirnya Abdul Muthalib memilih putri dari Wahab bin Abdu Manaf. Wahab juga berasal dari keluarga kaya dan terhormat. Putri Wahab adalah seorang gadis yang cantik dan lembut hati. Namanya Aminah. Semua orang merasa bahagia dengan rencana perkawinan mereka.

Maka menikahlah keduanya denga pesta yang meriah. Hampir semua tokoh penting Mekah hadir pada pesta itu. Setelah itu keduanya hidup bahagia, saling mencintai dan menghormati. Aminah selalu bersikap lembut dan menyenangkan pada suaminya. Sebaliknya Abdullah selalu melindungi dan penuh kasih sayang pada istrinya.

Beberapa bulan kemudian Aminah mengandung. Pasangan ini semakin bahagia. Mereka amat berharap, bagi mereka akan menjadi anak yang mulia dan bisa dibanggakan. Ketika kandungan Aminah berumur sekitar enam bulan, Abdullah minta izin istrinya untuk melakukan perjalanan dagang ke luar kota.

"Selamat tinggal istriku," Abdullah dengan tutur kata lembut berpamitan pada Aminah. Matanya terus menatap istrinya yang sedang mengandung anaknya itu.

Rupanya itulah perpisahan Abdullah dengan Aminah untuk selamanya. Ia tak bisa melihat anaknya yang akan lahir. Diperjalanan Abdullah menderita sakit payah. Akhirnya ia meninggal dan dimakamkan di Madinah. Waktu itu usia Abdullah 25 tahun.

Bisa dibayangkan kesedihan Aminah saat mendengar kematian suaminya. Begitu juga Abdul Muthalib. Ia amat berduka kehilangan anak kesayangannya.

Orangtua ini juga merasa iba pada menantunya, apalagi ia akan segera melahirkan cucunya. Karena itu Abdul Muthalib

Tidak ada komentar: