Senin, 19 April 2010

Cerita Nabi Nuh AS

NABI NUH AS DAN BAHTERANYA


Nuh adalah utusan Allah dari negeri Armenia. Beliau adalah keturunan Adam yang ke-10. Sebelumnya kaum Armenia pernah dipimpin oleh Nabi Idris. Sayang Nabi Idris tidak lama bersama mereka. Iman penduduk negeri Armenia goyah sepeninggal Nabi Idris.

Awal hilangnya iman penduduk Armenia adalah waktu mereka mulai senang membuat patung. Mereka membuat patung dari tokoh-tokoh masyarakat yang telah mati. Orang-orang merasa sedih ditinggal mati para tokoh yang sangat mereka kagumi. Dalam keadaan seperti itulah iblis mempengaruhi cara berpikir mereka.

Tak perlu sedih. Kalian bisa mengenang jasa dan kebaikan mereka dengan cara membuat patung, kata iblis membisiki hati orang-orang Armenia.

Akhirnya hati penduduk Armenia sama-sama tergerak untuk membuat patung. Setelah patung selesai dibuat, iblis melanjutkan godaannya, "Sekarang hormatilah patung-patung itu. Muliakanlah mereka."

Akhirnya patung-patung itu mulai disembah dan diberi sesaji . Iblis sering masuk ke tubuh patung-patung itu dan membuatnya seolah-olah bisa mendengar permintaan dan pemujaan penduduk Armenia. Orang-orang yang datang biasanya meminta kekayaan, kesehatan, naik pangkat dan masih banyak lagi lainnya.

Inilah peristiwa penyembahan patung yang pertama di dunia. Sekarang masih banyak orang yang melakukan hal itu. Banyak yang tidak sadar dirinya telah menjadi musyrik. Mereka menjadi hamba pengikut iblis, bukan hamba Allah lagi.

Mengerikan! Dengan menjadi hamba iblis, yang didapat pasti hanyalah petunjuk atau jalan hidup yang sesat.

Di tengah keadaan seperti itulah Nabi Nuh berdakwah untuk kaum Armenia.

"Wahai penduduk Armenia, Allah telah mengutusku untuk mengingatkan kalian. Jangan menyembah berhala karena itu akan mendatangkan bencana di dunia dan akhirat. Sembahlah Allah, Tuhan Yang Satu, "demikian Nabi Nuh berdakwah dengan lemah lembut.

"Hai Nuh! Bagaimana engkau ini? Engkau menyuruh kami meninggalkan tuhan-tuhan kami? Mereka itulah yang memberi kebahagiaan hidup, kekayaan, dan semua yang kami inginkan," bantah penduduk Armenia tidak senang. Nabi Nuh dianggap terlalu mencampuri urusan pribadi mereka.

"Mengapa kalian menyembah patung-patung itu? Bukankah itu buatan kalian sendiri?" sabda Nabi Nuh mengingatkan.

"Ya, benar. Tapi selama ini nenek moyang kami telah melakukan hal yang serupa. Kami tak mau meninggalkan tradisi nenek moyang," kata orang-orang Armenia.

"Ingatlah kaumku! Allah adalah pencipta segalanya. Dia menciptakan manusia, alam semesta, hewan-hewan, dan tanaman," sabda Nabi Nuh lagi.

"Sedangkan tuhan-tuhan kalian itu ada setelah alam dan seisinya tercipta. Benar bukan ?"

"Hai, Nuh! Jangan nasihati kami lagi," teriak salah seorang dari mereka.

"kami tahu yang terbaik untuk kehidupan kami!" teriak yang lain.

"Nuh memang gila! Ia bicara semaunya sendiri," seru yang lain lagi.

Nabi Nuh sedih melihat kaumnya sesat. Dengan sabar dan ikhlas ia berusaha menasihati kaumnya lagi.

"Wahai, kaumku. Aku telah dijadikan Allah sebagai Nabi dan Rasul untuk memberitahukan bahwa Dia akan menyiksa hamba-hamba-Nya yang durhaka dengan api neraka di akhirat kelak. Dan Allah akan menyediakan surga kepada hamba-hamba-Nya yang beriman."

"Ketahuilah, menyembah berhala merupakan perbuatan musyrik yang amat dimurkai Allah," nasihat Nabi Nuh.

"Ha...ha...ha...dasar orang gila," teriak sejumlah orang Armenia. tiba-tiba yang lain menyerang Nabi Nuh. Mereka memukuli Nabi Nuh sampai beliau pingsan. Tak ada seorang pun dari kaum Armenia yang menolong. Bahkan istri dan anak Nabi Nuh pun ikut menghina Nabi.

"Sudah ... biarkan saja. Dasar Nuh gila," kata istri Nabi Nuh sinis. Kan'an, anak Nabi Nuh lebih senang mengikuti kehendak ibunya dan penduduk Armenia yang kaya raya itu.

Betapa sedih para pengikut Nabi Nuh. Jumlah mereka sedikit. Dan kebanyakan dari kalangan orang miskin. Kaum Armenia yang berkuasa dan kaya raya suka sekali menghina mereka.

"Itulah akibat menyembah Tuhan sembahan Nuh. Hidup kalian jadi susah. Lihat kami. Semua kaya raya dan punya kekuaasaan kata para pembesar Armenia dengan sombong.

Pernah suatu kali, para penguasa dan hartawan itu mendatangi Nuh. "Hai, Nuh. Sebenarnya kami tidak suka melihat pengikut-pengikutmu yang miskin dan kotor itu. Coba ... seandainya engkau memilih orang-orang kaya untuk jadi pengikutmu, kami pasti mau mempertimbangkan ajakanmu!"

Dan apa jawab Nabi Nuh? "Ketahuilah, kaumku. Agama yang kubawa ini berlaku untuk semua orang. Yang miskin mau pun kaya," Nuh berusaha menjelaskan. "Allah tak pernah membeda-bedakan hamba-Nya."

"Kalian sangka dengan menjadi kaya, kedudukan kalian lebih baik di hadapan Allah ? Bukankah kekayaan itu yang membuat kalian sulit mengikuti perintah Allah? Lihatlah! Orang-orang miskin yang kalian hina itu justru yang rajin beribadah kepada Allah."

Kata-kata Nabi Nuh memang mengena di hati mereka. Tapi kesombongan akan kekayaan dan kekuasaan itu membuat mereka ingkar lagi. Akhirnya penduduk Armenia tetap menghina dan menyakiti Nabi Nuh dan pengikutnya.


KAPAL NABI NUH

Belum puas menyiksa orang-orang beriman, kaum Armenia mengusir Nuh dan pengikutnya. Orang-orang beriman itu mereka lempari batu. "Hai ... kalian harus meninggalkan negeri ini!" teriak orang-orang Armenia sambil melempari batu.

Karena dianiaya seperti itu, akhirnya Nabi Nuh berdo'a, "Ya Allah, aku teraniaya oleh kaumku, para penyembah berhala itu. Mereka tidak mau diajak beriman dan menyembah-Mu. Tolonglah aku dengan pertolongan yang sebaik-baiknya."

Dan Allah Maha Mendengar do'a hamba-Nya yang teraniaya.

Setelah itu malaikat Jibril datang menemui Nabi Nuh. "Wahai, Nuh, Allah mengabulkan do'amu," kata Jibril.

Jibril menyampaikan perintah Allah agar Nabi Nuh menanam sebuah pohon yang bijinya dibawa Jibril dari surga. "Biji iniakan tumbuh menjadi pohon raksasa. Sebelumnya belum pernah ada pohon seperti itu di dunia."

Nabi Nuh amat bersyukur atas pemberian Allah. Beliau segera menanam biji pemberian Jibril.

Bertahun-tahun kemudian, pohon itu tumbuh tinggi dan besar. Orang-orang takjub melihat ukuran pohon itu, dan selama pohon itu tumbuh, tak ada bayi lahir di Armenia.

Itu juga karena do'a Nabi Nuh kepada Allah, "Ya Allah, jangan Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tertinggal di atas bumi. Jika Engkau biarkan ada yang tertinggal mereka hanya akan melahirkan anak yang suka berbuat maksiat dan sangat kufur."

Tak lama setelah itu Jibril datang lagi. "Assalamu'alaikum, wahai Nuh."

"Wa'alaikumussalam, Jibril. Apakah engkau membawa perintah Allah untukku?"

Rupanya kali ini turun lagi perintah Allah bagi Nabi Nuh. Beliau bersama pengikutnya harus membuat kapal dengan kayu dari pohon raksasa yang telah ditanamnya.

Nabi Nuh segera mengumpulkan pengikutnya yang setia. Beliau menyampaikan wahyu Allah yang baru saja diterimanya. Sabda Nabi Nuh, kapal inilah yang nantinya akan menyelamatkan mereka dari azab Allah.

"Bagaimana cara membuat kapal? Bentuknya saja kami belum pernah tahu," kata pengikut Nabi Nuh cemas.

"Tenanglah. Allah akan memberikan petunjuk-Nya kepada kita," sabda Nabi Nuh.

Setelah itu, Nabi Nuh dan para pengikutnya bekerja keras membuat kapal. Mula-mula mereka menebang pohon raksasa itu lalu membuat bilah-bilah papan untuk dinding dan lantai kapal. Sementara mereka bekerja, para penduduk Armenia tak hernti-hentinya mengejek mereka.

"He ... lihat! Orang-orang dungu itu sedang membuat apa?" teriak seorang Armenia dengan nada menghina.

"Ha ... ha ... ha ... katanya membuat kapal!" sambung yang lain.

"Membuat kapal? Di sini tidak ada laut. Sungai pun tak ada. Aneh sekali, kan?" kata yang lain lagi.

Nabi Nuh berusaha membalas ejekan mereka. "Sekarang kalian menghina kami. Tunggulah saatnya nanti, kamilah yang akan mengejek kalian. Siksaan Allah akan segera tiba!"

Walau diingatkan akan siksa Allah, penduduk Armenia bukannya takut. Tingkah laku mereka semakin menjadi-jadi.

"Hai, Nuh! Datangkanlah kepada kami azab yang engkau sebutkan itu."

Mereka bahkan melempari kapal Nabi Nuh dengan kotoran. Para pengikut Nabi Nuh menjadi sedih. Siapa yang harus membersihkan kotoran yang najis itu?

Dengan takdir Allah, seorang penduduk Armenia yang cacat terjatuh ke dalam kapal yang penuh najis itu. Orang itu pincang dan tubuhnya penuh borok. Tapi waktu keluar dari kapal, mendadak semua borok di tubuhnya lenyap. Kulitnya jadi mulus dan wajahnya tampak muda. Kakinya yang cacat pun bisa dipakai berjalan dengan normal.

Penduduk Armenia gempar. Mereka mendengar peristiwa ajaib itu. Kotoran di dalam kapal bisa menyembuhkan penyakit! Akhirnya mereka beramai-ramai menyerbu kapal Nabi Nuh. Mereka masuk ke dalamnya, berkubang dan meluluri badan dengan kotoran yang mereka buang sendiri ke kapal itu.

Dalam sekejap kapal Nabi Nuh bersih lagi. Nabi Nuh dan pengikutnya tertawa melihat tingkah laku orang-orang Armenia itu. Orang-orang jahat itu menyembuhkan penyakitnya dengan barang najis!

Hal ini tak akan dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Manusia beriman hanya akan berobat dengan barang-barang yang baik. Nuh dan pengikutnya tak lupa memanjatkan rasa syukur yang dalam atas mukjizat Allah itu.



AZAB ALLAH YANG DINANTI

Begitu kapal sudah bersih, Allah memerintahkan Nabi Nuh mengumpulkan seluruh pengikutnya. Mereka juga diperintahkan membawa semua jenis binatang masing-masing sepasang. Selain itu mereka juga membawa bekal makanan lengkap. "Ayo, cepat naik ke kapal. Semuanya naik! Azab Allah akan segera tiba," demikian Nabi Nuh memberitahu pengikutnya. Semua orang bergegas naik ke kapal.

Sementara itu penduduk Armenia terus menyebut Nuh gila." Lihat, lihat, mereka naik kapal. Mau berlayar ke mana di padang luas seperti ini? Ha ... ha ... ha ...," teriak orang-orang Armenia sambil tertawa keras.

Mereka tidak sadar bahwa langit mendadak gelap. Awan hitam bergulung-gulung di langit, angin bertiup kencang menderu-deru dan petir menggelegar. Seram sekali! Tak lama kemudian hujan lebat turun. Dari tanah bermunculan mata air yang dengan deras memancarkan air.

Dalam sekejap air menggenangi bumi. Dan terus naik ke segala penjuru.

Penduduk Armenia kaget melihat peristiwa itu. Dengan panik dan ketakutan mereka berlarian ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri dan harta bendanya. "Tolooong ... ada banjir. Tolooong ... tolooong ...," di mana-mana terdengar jeritan panik orang Armenia.

Sementara itu, di atas kapal, Nabi Nuh dan para pengikutnya menadahkan tangan pada Allah. Semua berzikir dan bertasbih memuji kebesaran Allah. Mereka amat bersyukur karena dengan petunjuk-Nya mereka bisa menjadi orang beriman dan diselamatkan dari azab-Nya.

Kapal Nabi Nuh mulai bergerak karena air semakin tinggi. Seisi kapal berdo'a bersama.


Bismillahi majriiha wa mursaaha. Inna robbi la ghofuururrohiim. (Q.S. Hud: 41)

"Dengan nama Allah di waktu berangkat dan berlabuhnya. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Setelah itu kapal Nabi Nuh meluncur dengan tenang di tengah banjir besar yang melanda negeri Armenia.

Doa Nabi Nuh di atas kapal itu sampai sekarang masih selalu diucapkan setiap muslim naik kendaraan. Do'a yang diucapkan Nabi memang mempunyai kekuatan luar biasa. Allah selalu mengabulkan do'a para Nabi. Oleh karena itu setiap muslim diharuskan meniru cara Nabi berdo'a.


KAN'AN, ANAK YANG DURHAKA

Hujan deras terus mengucur dari langit. Pagi, siang, malam tak henti-hentinya. Gelombang besar menghantam rumah-rumah dan pucuk-pucuk pohon. Penduduk negeri Armenia telah banyak yang mati ditelan banjir. Sebagian laiinya masih berjuang menyelamatkan diri. Mereka berusaha naik ke atap rumah yang paling tinngi. Banyak juga yang naik ke pucuk-pucuk pohon. Teriakan minta tolong dari orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri terdengar bersahut-sahutan. Lama-lama teriakan itu makin lemah.

Nabi Nuh dan pengikutnya menyaksikan semua peristiwa yang berlangsung di sekitarnya dengan ngeri. Tiba-tiba Nabi Nuh melihat Kan'an - anaknya, sedang terengah-engah berenang menyelamatkan diri. Beliau berteriak-teriak memanggil. "Kan'an! Kan'an, anakku. Ikutlah Ayah naik kapal ini. Jangan ingkari lagi. Jangan engkau ikuti orang-orang kafir itu!"

Nabi Nuh memanggil-manggil anaknya dengan sedih. Beliau iba melihat anaknya timbul tenggelam dihempas gelombang. Tapi ternyata Kan'an malah berkata dengan sombong, "Aku mau ke puncak gunung. di sana aku akan selamat dari bahaya banjir !"

Nabi Nuh sangat sedih. Beliau tahu, hari itu tak akan ada orang yang mampu menghindarkan diri dari azab Allah kecuali orang-orang beriman yang berada bersama Nuh.

Tak lama kemudian Nabi Nuh menyaksikan sendiri bagaimana anak yang dicintainya itu lenyap ditelan air. Sambil menangis Nabi Nuh berdo'a, "Ya Allah, Kan'an itu anakku, anggota keluargaku."

Tapi Allah berfirman, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukan keluargamu yang dijanjikan akan diselamatkan. Perbuatannya tidak baik, Karena itu janganlah memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui ..."

Nabi Nuh segera menginsyafi kesalahannnya. Ia segera memohon ampun kepada Allah. Nabi Nuh ingat, Allah hanya akan menolong orang yang beriman. Jadi siapa saja yang sesat, apakan itu putra Nabi atau bahkan istri Nabi, ia akan mendapat azab Allah. Di dunia maupun di akhirat.

Ketika tak ada lagi yang tersisa dari negeri Armenia, Allah pun berfirman. "Hai, bumi. Telanlah airmu. Hai hujan, berhentilah!"

Maha hujan pun mulai berhenti. Awan mendadak cerah. Matahari bersinar. Dengan cepat air ditelan bumi. Permukaan air makin rendah.

Waktu banjir benar-benar surut, Allah memerintahkan Nabi Nuh beserta pengikutnya meninggalkan kapal dan memulai hidup baru di daratan. Mereka semua bersuka cita dan bersyukur karena diselamatkan Allah dari azab yang sangat mengerikan.

Allah pun berfirman, "Hai Nuh, turunlah dari kapal dengan selamat sejahtera, penuh keberkahan dari Kami atas engkau dan orang-orang yang bersamamu ..."

Saat itu konon bertepatan dengan tanggal 10 Muharam. Mereka mengadakan syukuran, memasak hidangan lezat untuk dinikmati bersama.

Tak lama setelah itu Nabi Nuh dan para pengikutnya mulai membangun perkampungan baru. Mereka hidup senang dan tenteram karena semua orang beriman kepada Allah. Setelah itu lahirlah anak-anak yang saleh dan patuh kepada peraturan Allah dan orangtuanya.

Tahun demi tahun pengikut Nabi Nuh bertambah dengan cepat. Banyak dari mereka yang merantau meninggalkan tempat itu. Anak-anak Nabi Nuh sendiri ada yang pindah ke tempat yang sekarang menjadi daratan Afrika dan Eropa. Mereka menempati benua itu dan menurunkan anak cucu di sana.

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya selama 950 tahun.

2 komentar:

Abi Haidar mengatakan...

Semoga cerita Nabi Nuh AS ini bisa mengingatkan kita bahwa Allah SWT bisa melakukan segalanya, bahkan yang secara logika dan perhitungan ilmiah mengatakan itu tidak mungkin.

Subhanallah....
Alhamdulillah...
Allahu Akbar....
Laa ila ha illallah....

Abi Haidar mengatakan...

alhadulillah sudah banyak yang membaca blog ini, insya alloh ceritanya akan di update lagi..